Sabtu, 05 Desember 2015

Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Sesuai Tumbuh Kembang



ANATOMI DAN FISIOLOGI FISIOLOGI SISTEM URINARIA




n  Adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan uretra.
n  Adalah Suatu sistem dimana terjadi proses penyaringan darah sehingga darah terbebas dari zat zat yang tidak diperlukan.




Bagian-bagian Sistem Urinaria :
1. Ginjal
2. Ureter
3. Vesika Urinaria
4. Uretra

1.      Ginjal
Tampilan :
·         Berbentuk seperti kacang
·           Berwarna merah tua
·           Sisi cekung menghadap medial
·           Panjang ± 12,5 cm, tebal 2,5 cm (±sebesar kepalan tangan)
·           Berat 125 g - 175 g (pria dewasa : 150-170 g, wanita dewasa : 115-155 g
Letak :
·         Rongga peritoneal, sebelah kanan dan kiri kolumna vertebralis di kelilingi lemak dan jaringan ikat
·           Pada bagian atas terdapat kelenjar suprarenal
·           Ginjal kanan terletak agak di bawah dibandingkan ginjal kiri karena ada hati pada sisi kanan.
·           Batas atas ginjal kiri setinggi iga ke-11 dan ginjal kanan setinggi iga ke-12 dan batas bawah ginjal kiri setinggi vertebrae lumbalis ke-3
Struktur Internal Ginjal:
·         Hilus renalis, tingkat kecekungan tepi medial ginjal sbg tempat struktur2 pembuluh darah, sistem limfatik, saraf, ureter menuju & meninggalkan ginjal.
·           Sinus renalis, rongga berisi lemak yg membuka pd hilus, sbg jln masuk & keluar ureter, vena, dan arteri renalis, saraf & limfatik.  
·         Pelvis renalis, perluasan ujung proksimal ureter
·         Parenkim renalis, jaringan ginjal yg menyelubungi struktur ginjal. Terbagi atas medula & korteks.
 ◦ 1. medula : terdiri dr massa trianguler yg disebut PIRAMIDA GINJAL.
 ◦ 2. korteks : tersusun dr tubulus & pembuluh darah nefron yg merupakan unit struktural& fungsional ginjal.
·         Lobus renalis, tiap lobus terdiri atas 1 piramida
Struktur Mikroskopis Ginjal
·         Satuan fungsional ginjal disebut nefron
·           Jumlah nefron 1,3 juta tiap ginjal
·           Tiap nefron memiliki 1 komponen vaskuler (kapilar) dan 1 komponen tubular
·         Nefron terdiri dari :
◦ Glomerulus, t4 pertama filtrasi
◦ Tubulus panjang, terdiri dari:
 1. tubulus proksimali
 2. loop of henle
 3. tubulus distalis
 4. tubulus koligentes
2.      Ureter
·         Organ berbentuk tabung kecil untuk mengalirkan urine dari ginjal ke dalam vesika urinaria
·          Perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis renalis yang merentang sampai vesika urinaria
·          Tiap ureter panjangnya ± 25-30 cm, diameter 4-6 mm
·         Dindingnya Terdiri atas 3 lapisan jaringan. Lapisan fibrosa (luar), muskularis longitudinal dan otot polos sirkuler (bagian tengah), epitelium mukosa (bag dalam).  
·         Lapisan otot memiliki aktivitas peristatik. Gelombang peristaltik mngalirkan urine dari kandung kemih keluar tubuh.
·         setiap ureter akan masuk ke kandung kemih melalui sfingter.  
·         sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup.
·          air kemih yang secara teratur mengalir akan terkumpul di dalam kandung kemih
3.      Vesika Urinaria
1. Organ muskular berongga yg berfungsi sbg kontainer penyimpan/Menampung urine sementara
2. Kapasitas maksimal 300-450 ml.
3. Lokasi : pd laki2 terletak tepat di belakang simphisis pubis dan di depan rektal. Pada perempuan, terletak agak di bawah uterus di depan vagina
4. Jika penuh mampu mencapai umbilikus di rongga abdominopelvis
 Struktur :
a. dinding (4 lapisan)  :
 1. serosa (lap luar), perpanjangan lap peritoneal rongga abdominopelvis
2. otot detrusor (lap tengah)
3. submukosa
4. mukosa (lap terdalam), saat kemih relaks, mukosa pipih. Mengembang ketika Urin terkumpul. b . Trigonum . area halus, rianguler, sudutnya terbentuk dr 3 lubang.
4.      Uretra
·         Pada pria, uretra membawa cairan semen dan urine. Panjang sekitar 20 cm, melalui kelenjar prostat dan penis.
·          Uretra prostatik, dikelilingi oleh kel prostat. Menerima 2 duktus ejakulator yang terbentuk dari penyatuan duktus deferens dan duktus kel vesikel seminal.  
·         Uretra membranosa, bag terpendek (1 cm-2cm). Dikelilingi sfingter uretra eksterna.
·          Uretra kavernosa (berspons), bag terpanjang. Menerima duktus kelenjar bulbouretra dan merentang sampai orifisium uretra eksterna pd ujung penis.
·         Pada wanita, ukuran pendek (3,75 cm), membuka keluar tubuh mll orifisium uretra eksterna yg terletak antara klitoris dan mulut vagina.  
·         wanita lebih berisiko terjadinya infeksi kandung kemih (sistitis) dan infeksi saluran kemih (ISK)


ANATOMI FISIOLOGI KULIT

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan proteksi terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan membangun sebuah barrier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar dan turut berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital.
•Luas kulit orang dewasa 1,5 -2 m2 dengan berat kira-kira 15 % dari berat badan manusia •Tebal bervariasi antara ½ - 3 mm. •Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif bervariasi pada keadaan iklim, umur, sex, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh
Kulit dapat bergerak dan meregang tergantung pada :
•Tebal kulit
•Jumlah lipatan kulit
•Elastisitas kulit
•Perlekatan kulit dengan jaringan dibawahnya
•Umur individu.
Lapisan Kulit
•Epidermis
•Dermis
•Jaringan subcutan.

1.      Epidermis
Terdiri dari 5 lapisan (stratum) berturut-turut dari atas ke bawah :
•Stratum corneum
•Stratum lucidum
•Stratum garanulosum
•Stratum spinosum/ spongiosum
•Stratum basale
Stratum Corneum
•Lapisan paling luar terdiri dari sel-sel gepeng dan tidak berinti lagi, sudah mati dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin.
•Makin keatas makin halus dan lama-lama terlepas dari kulit berupa sisik-sisik yang sangat halus.
•Diperkirakan, tubuh melepaskan 50-60 milyar keratinosit (korneosit) setiap hari
Stratum Lucidum
•Hanya terdapat pada kulit yang tebal.
•Mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel-selnya sejenis dengan sel-sel yang berada di stratum corneum.
Stratum Granulosum
•Terdiri dari tiga sampai empat lapisan atau keratocytes yang dipipihkan.
•Keratocytes ini berperan besar terhadap susunan keratin di dalam lapisan atas epidermis.
Stratum Spinosum
•Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda, karena adanya proses mitosis.
•Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak ditengah-tengah.
 mengaktifkan sistem imunà•Diantara sel spinosum terdapat sel langerhans
Stratum Basale
•Lapisan terdalam epidermis
 melanin, sel warna untuk kulit (pigmen).à•10-20 % sel di stratum basale adalah melanocytes
•Butiran melanin berkumpul pada permukaan setiap keratinocytes.
2.      Dermis
•Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit. Lapisan ini tersusun dari dua lapisan yaitu :
–Lapisan papillaris yaitu bagian yang menonjol ke epidermis merupakan jaringan fibrous tersusun longgar yang berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
–Lapisan retikularis yaitu bagian di bawah lapisan papilaris yang menonjol ke arah subcutan, lebih tebal dan banyak jaringan ikat.
•Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.
3.      Jaringan subcutan/ Hipodermis
Merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subcutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
Adneksa Kulit
1.Kelenjar pada kulit
a. Kelenjar Sebasea
–Kelenjar sebasea, berkaitan dengan folikel rambut, ductus kelenjar sebasea akan mengosongkan sekret minyaknya ke dalam ruangan antara folikel rambut dan batang rambut
–untuk setiap lembar rambut terdapat sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan melumasi rambut dan membuat rambut menjadi lunak serta lentur
b. Kelenjar keringat
–Ditemukan pada kulit sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis, bagian tepi bibir (margo labium oris), telinga luar dan dasar kuku yang tidak mengandung kelenjar keringat
Kelenjar Keringat diklasifikasikan menjadi 2 :
·         Kelenjar ekrin
Ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran keluarnya bermuara langsung ke permukaan kulit. Keringat dikeluarkan dari kelenjar ekrin sebagai reaksi terhadap kenaikan suhu sekitarnya dan kenaikan suhu tubuh.
·         Kelenjar apokrin
–Kelenjar apokrin terdapat di daerah aksila, anus, skrotum dan labia mayora. Kelenjar apokrin menjadi aktif pada pubertas. Kelenjar ini memproduksi keringat yang keruh dan diuraikan oleh bakteri sehingga menghasilkan bau yang khas.
2.Rambut
–Rambut terdiri atas akar rambut yang terbentuk dari dermis dan batang rambut yang menjulur keluar dari dalam kulit. Rambut tumbuh dalam sebuah rongga yang dinamakan folikel rambut. Proliferasi sel-sel dalam bulbus pili menyebabkan pembentukan rambut.
–Folikel rambut akan mengalami siklus pertumbuhan dan istirahat. Kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi, pertumbuhan rambut janggut berlangsung paling cepat dan kecepatan pertumbuhan ini diikuti oleh rambut pada kulit kepala, aksila serta alis mata. Pada kulit kepala pertumbuhan rambut biasanya 3 mm perhari.
–Fase pertumbuhan (anagen) dapat berlangsung sampai selama 6 tahun untuk rambut kulit kepala, sementara fase istirahat (telogen) kurang lebih selama 4 bulan.
–Selama fase telogen, rambut akan rontok dari tubuh.
3. Kuku
–Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum corneum) yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (nailroot), bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut badan kuku (nailplate) dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 (satu) mm perminggu.
Fungsi Kulit
Perlindungan (proteksi)
–Kulit melindungi tubuh dari segala pengaruh luar, misalnya bahan kimia, mekanis, bakteriologis dan lingkungan sekitarnya yang senantiasa berubah-ubah. Fungsi proteksi ini terutama dilakukan oleh stratum corneum, dalam hal ini juga dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis
Sensibilitas/fungsi sensori
–Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau secara terus menerus keadaan lingkungan disekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan. Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda.
•Ujung reseptor saraf berupa mekanoreseptor yaitu sel Merkel di epidermis, korpuskulus Meissner’s di stratum papillare, dan korpuskulus paccinian di jaringan subkutan serta ujung serabut saraf bebas (free nerve endings (nyeri, tekanan dan reseptor temperatur).
–Korpus Meisner’s: reseptor yang terdapat pada kulit tidak berambut (banyak diujung jari dan bibir) untuk mendeteksi objek yang sangat ringan dan vibrasi dengan frekuensi rendah.
–Sel Merkel terdapat didaerah dimana terdapat korpus Meisner’s berfungsi untuk melokalisasi sensasi raba pada daerah permukaan tubuh dan menentukan teksture benda yang dipegang.
–Korpus Paccini berperan penting untuk mendeteksi vibrasi
Keseimbangan air
–Stratum corneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Bila kulit mengalami kerusakan misalnya pada luka bakar, cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar dapat hilang dengan cepat.
Pengaturan suhu (thermoregulator)
–Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan yang memproduksi energi. Panas ini akan hilang terutama lewat kulit.
Fungsi komunikasi oleh ekspresi respon otonom.
Produksi vitamin
–Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D (kolekalsiferol).
Fungsi respons immun
–Beberapa sel dermal (sel langerhans, interleukin-1 yang memproduksi keratinosit dan sub kelompok limfosit T) merupakan komponen penting dalam sistem immun
Sistem immun lokal
•SALT (skin associated lymphatic tissue)
•MALT (mucosa associated lymphatic tissue)


PROSES ELIMINASI SISA METABOLISME
Eliminasi sisa metabolisme merupakan pembuangan sampah dari proses metabolisme tubuh. Beberapa jenis sampah metabolisme yang dibuang oleh tubuh antara lain, air, CO2, urea, dan lain-lain. Sistem tubuh yang berperan dalam proses pembuangan tersebut yaitu, sistem pernapasan, integumen, hepar, endokrin, dan renal. Apabila sistem yang terlibat dalam eliminasi terganggu, maka terjadi perubahan pola eliminasi.
1.      Sistem pernapasan
sistem pernapasan atau respirasi adalah suatu peristiwa inspirasi (menghirup udara O2) dan ekspirasi (menghembuskan CO2). Menurut Syaifuddin (2011:382), sistem respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru. Sementara itu menurut Guyton & Hall (2007:37), tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbondioksida. Untuk mencapai tujuan ini, pernapasan dibagi menjadi empat fungsi utama : (1) ventilasi paru, (2) difusi oksigen dan karbondioksida, (3) pengangkutan oksigen dan karbondioksida, dan (4) pengaturan ventilasi.
Sistem pernapasan berperan dalam pembuangan karbondioksida dan air. Pembuangan ini juga dipengaruhi oleh fungsi kardiovaskuler. Misalnya,pada seseorang yang mempunyai gangguan pompa jantung kiri di mana kemampuan jantung untuk menerima pengembalian darah yang berasal dari paru-paru mengalami hambatan. Hal tersebut menyebabkan tekanan hidrostatik paru-paru akan naik dan cairan keluar ke intersitial jaringan paru-paru. Akibatnya terjadilah edema paru-paru. Kondisi ini akan mengganggu proses difusi dan compliance paru-paru,sehingga terjadilah gangguan eliminasi CO2 (Asmadi, 2008:91).
2.      Sistem Integumen (Kelenjar Keringat)
Sistem integumen mencakup kulit pembungkus permukaan tubuh dan jaringan aksesoris lainnya, termasuk kuku, rambut,dan kelenjar. Syaifuddin (2011:48)  mengatakan  bahwa kulit berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara  kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
Kelenjar keringat merupakan kelenjar tubular bergelung tidak bercabang, terdapat pada seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas bibir, gland penis, dan gendang telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Terdapat dua macam kelenjar keringat,yaitu : Kelenjar keringat ekrin yang tersebar di seluruh kulit tubuh kecuali kulup penis, bagian dalam telinga luar,telapak tangan, telapak kaki, dan dahi; kelenjar keringat apokrin merupakan kelenjar keringat yang besar hanya dapat ditemukan pada ketiak, kulit puting susu, kulit sekitar alat kelamin, dan dubur (Syaifuddin, 2011:57). Sedangkan, dalam kamus saku kedokteran Dorland (2012:476),  sweat gland (Kelenjar keringat)  merupakan kelenjar yang  menyekresikan keringat,dijumpai pada lapisan dermis atau subkutan, salurannya bermuara dipermukaan tubuh.
Keringat yang dihasilkan ini berasal dari isi pembuluh darah yang berada di sekitar kelenjar keringat tersebut. Keringat ini mengandung air,garam,urea,asam urat,dan sisa metabolisme lainnya. Pengeluaran keringat ini dipengaruhi oleh temperatur. Di mana peningkatan temperatur akan menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sel dan kemudian akan meningkatkan pembentukan keringat. Selain itu,pengeluaran keringat juga dipengaruhi oleh hipotalamus melalui sistem saraf otonom yang  mengaktifkan  saraf  simpatis,sehingga  kelenjar keringat pun menjadi lebih aktif (Asmadi, 2008 : 91).
3.      Sistem Hepar
Hati (hepar) merupakan kelenjar aksesori terbesar dalam tubuh, berwarna cokelat, dan beratnya 1000-1800 gram. Hati terletak di dalam rongga perut sebelah kanan atas di bawah diafragma (Syaifuddin, 2011:546).
Hepar (Liver) merupakan kelenjar besar berwarna merah gelap pada bagian atas perut sebelah kanan, tepat di bawah diafragma. Fungsinya antara lain sebagai tempat penyimpanan dan filtrasi darah, sekresi empedu, konvensi gula menjadi glikogen, dan banyak aktivitas metabolik lainnya (Kamus Saku Kedokteran Dorland, 2012:632).
4.      Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah suatu sistem yang bekerja dengan perantaraan zat-zat kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar buntu  (sekresi interna) yang mengirim hasil sekresinya langsung masuk ke dalam darah dan cairan limfe, beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus (saluran) (Syaifuddin, 2011:248). Hasil sekresi kelenjar tersebut dinamakan hormon endokrin.
Hormon endokrin di bawa oleh sistem sirkulasi ke seldi seluruh tubuh, yang meliputi sistem saraf pada beberapa keadaaan tempat hormon tersebut berikatan dengan reseptor dan memulai berbagai reaksi (Guyton&Hall, 2007:951).
Sistem endokrin juga berperan dalam eliminasi sampah metabolisme melalui pengaturan jumlah air dan natrium yang diabsorbsi kembali oleh ginjal yang berkaitan dengan jumlah cairan tubuh. Selain itu, sistem endokrin juga berperan dalam pengaturan final urine. Pengaturan final urine ini diatur oleh tiga jenis hormon yaitu antidiuretik hormon (ADH),renin,dan aldosteron.
5.      Sistem Renal
Ginjal (ren) merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis, berwarna cokelat kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna vetebral posterior terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam (Potter&Perry, 2005:1679). Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena hati menduduki ruang di bagian kanan lebih luas (Asmadi, 2008:91). Setiap ginjal mempunyai panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm, dan tebal 2,5 cm. Sementara itu, berat ginjal pria dewasa 150-170 gram dan wanita 115-155 gram (Syaifuddin, 2009:286).
Sistem renal merupakan nama lain sistem perkemihan. Menurut Syaifuddin (2009:285), sistem perkemihan adalah suatu sistem yang di dalamnya terhadi penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Zat ini akan larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine.
Potter&Perry (2005:1679) mengatakan eliminasi urine tergantung kepada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal menyaring produk limbah dari darah untuk membentuk urine.
Proses pembentukan urine menurut Syaifuddin (2011:463), sebagai berikut:
·         Proses Filtrasi
Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang bebas protein dari kapiler ke glomerulus dan kapsula bowman. Kebanyakan zat dalam plasma difiltrasi secara bebas kecuali protein.
Proses filtrasi (ultrafiltrasi) terjadi pada glomerulus. Proses ini terjadi karena permukaan averen lebih besar dari permukaan everen sehingga terjadi penyerapan darah. Setiap menit kira-kira 1200 ml darah, terdiri dari 450 ml sel darah dan 660 ml plasma masuk ke dalam kapiler glomerulus.
·         Proses Absorbsi
Penyerapan kembali sebagian besar terhadap glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Proses ini terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi dan terjadi pada tubulus atas. Dalam tubulus ginjal, cairan filtrasi dipekatkan dan zat yang penting bagi tubuh direabsorpsi.
Jumlah total air yang diabsorbsi lebih kurang 120 ml/menit, 70-80% diabsobsi oleh tubulus proksimal, disebut juga reabsorbsi air obligatori. Sisanya, 20-30% diabsorbsi secara fakultatif dengan bantuan hormon vasopresin (ADH, hormon antidiuretik) di tubulus distal. Sebagian kecil sisanya diabsorbsi pada duktus koligen yaitu saluran tempat bermuaranya tubulus distal.
·         Proses Sekresi
Tubulus ginjal dapat mensekresi atau menambah zat-zat ke dalam cairan filtrasi selama metabolisme sel-sel membentuk asam dalam jumlah besar.
Hasil masing-masing proses pembentukan urine yaitu, urine primer (filtrat glomerulus) pada proses filtrasi, urine sekunder pada proses absorbsi dan urine sesungguhnya pada proses sekresi.
Menurut Asmadi (2008:93), ciri-ciri urine normal baik secara sifat maupun fisik, antara lain:
a)      Kejernihan
Urine normal jernih/bening dan bila lama dibiarkan akan menjadi keruh.
b)      Warna
Warna urine dipengaruhi oleh diet, obat-obatan, kepekatan, dan lain-lain. Secara normal urine berwarna kuning.
c)      Bau
Bau khas urine bila dibiarkan terlalu lama akan berbau seperti amonia.
d)     Berat Jenis
Berat jenis urine bergantung pada jumlah zat yang terlarut dalam urine.
Eliminasi sampah metabolisme lainnya adalah eliminasi bilirubin yang terkonjugasi yang merupakan sisa pemecahan eritrosit yang sudah tua (Asmadi, 2008:95). Bilirubin yang terkonjugasi ini disimpan di dalam empedu dan karena perangsangan pengeluaran kolesistokinin, bilirubin tersebut masuk ke duodenum. Bilirubin merupakan pigmen yang memberikan warna cokelat kekuningan pada feses (Jati, 2007:128).

PROSES ELIMINASI SISA PENCERNAAN
Potter & Perry (2005:1739) mengatakan bahwa eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya.
Organ yang berkaitan demgam eliminasi siasa pencernaan (eliminasi sampah digestif adalah kolon atau usus besar.Kolon merupakan bagian bawah saluran pencernaan yang meliputi sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, rektum dan anus. Panjang kolon pada orang dewasa ± 1,5 meter.
Berikut dijelaskan tentang proses pembentukan feses, eliminasi fekal, pola defekasi, dan karakteristik feses yang dikutip dari Asmadi (2008).
1.      Proses pembentukan feses
Sekitar 750 cc chyme masuk ke kolon dari ileum. Di kolon, chyme tersebut mengalami proses absorbsi air, natrium, dan kloride. Absorbsi ini dibantu dengan adanya gerakan peristaltik usus. Dari 750 cc chyme tersebut, sekitar150-200 cc mengalami proses reabsorbsi. Chyme yang tidak diabsorbsi menjadi bentuk semisolid yang disebut feses. Selain chyme, adanya fermentasi zat makanan yang tidak dicerna menghasilkan gas yang dikeluarkan melalui anus setiap harinya yang dikenal dengan istilah flatus.
2.       Proses eliminasi fekal (defekasi)
Eliminasi fekal bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi spinchter ani. Kedua faktor tersebut dikontrol oleh sistem saraf parasimpatis. Gerakan kolon meliputi tiga gerakan yaitu gerakan mencampur, gerakan peristaltik, dan gerakan massa kolon. Gerakan massa kolon ini dengan cepat mendorong feses dari kolon ke rektum.
Begitu ada feses yang sampai di rektum, maka ujung saraf sensoris yang berada pada rektum menjadi regang dan terangsang. Kemudian impuls ini diteruskan ke medula spinalis. Setelah itu, impuls dikirim ke korteks serebri serta sakral II dan IV. Impuls dikirim ke korteks serebri agar indivisu menyadari keinginan buang air besar. Impuls dikirim ke sakral II dan IV, selanjutnya dikirim ke saraf simpatis untuk mengatur membuka sphincter ani interna. Terbukanya sphincter ani tersebut menyebabkan banyak feses yang masuk ke dalam rektum. Kemudian terjadi proses defekasi dengan mengendornya sphincter ani eksterna dan tekanan yang mendesak feses bergerak oleh kontraksi otot perut dan diafragma.
3.       Pola defekasi
Waktu defekasi dan jumlah feses bersifat  individual. Orang dalam keadaan normal, frekuensi buang air besar 1 kali sehari. Pola defekasi individu juga bergantung pada bowel training  yang dilakukan pada masa kanak-kanak.
Umumnya, jumlah feses bergantung pada jumlah intake makanan. Namun, secara khusus, jumlah feses sangatlah bergantung pada kandungan serat dan cairan pada makanan yang dimakan.
4.       Karakteristik feses
Karakteristik feses pada setiap perkembangan manusia berbeda. Lihat tabel!

Tabel.1. Karakteristik Feses
Karakteristik
Normal
Abnormal
Warna
Bayi: kuning
Orang Dewasa: cokelat
Putih atau warna tanah liat
Hitam atau warna ter (melena)
Merah
Konsistensi
Lunak, berbentuk
Cair Padat
Frekuensi
Bervariasi: bayi 4-6 kali sehari (jika mengonsumsi ASI) atau 1-3 kali sehari; orang dewasa 1 kali sehari atau 2-3 kali seminggu
Bayi lebih dari 6 kali sehari atau dari satu kali setiap 1-2 hari; orang dewasa lebih dari 3 kali sehari atau kurang dari satu kali seminggu.
Bentuk
Menyerupai diameter rektum
Berbentuk pensil
Unsur-unsur
Makanan tidak dicerna, bakteri mati, lemak, pigmen empedu, sel-sel yang melapisi mukosa usus dan air
Darah, pus, materi asing, lendir, dan cacing

Faktor yang Memengaruhi Eliminasi
Ada beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi metabolisme dan sisa pencernaan, yaitu:
1)      Usia
Usia berpengaruh pada kontrol eliminasi individu. Anak-anak masih belum mampu mengontrol buang air besar dan buang air kecil karena siste, neuromuskulernya belum berkembang dengan baik. Pada lansia proses eliminasi juga berubah karena terjadi penurunan  tonus otot.
2)      Diet

Makanan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Makan yang teratur sangat berpengaruh pada keteraturan defekasi. Selain itu, terjadinya malnutrisi menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi yang menyerang organ perkemihan  maupun organ pencernaan.
3)      Cairan
Intake cairan berpengaruh  pada eliminasi fekal dan urine. Apabila intake cairan kurang dan output cairan berlebihan, maka tubuh menyerap air lebih banyak dari usus besar sehingga feses menjadi keras dan sulit keluar. Sementara itu, pada eliminasi urine, urine menjadi berkurang dan lebih pekat.
4)      Latihan Fisik
Latihan fisik membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Hal ini sangat penting bagi defekasi (pembuangan feses)  dan miksi (pembuangan urine). Latihan fisik juga merangsang terhadap timbulnya paristaltik.
5)      Stres Psikologis
Ketika seseorang sedang mengalami ketakutan atau kecemasan, terkadang ia mengalami diare atau beser. Namun, ada juga yang mengalami susah buang air besar.
6)      Temperatur
Jika temperatur tubuh tinggi, maka terjadi penguapan cairan tubuh. Hal itu  menyebabkan kekurangan cairan, sehingga terjadi konstipasi dan pengeluaran urine yang sedikit.
7)      Nyeri
Nyeri berpengaruh terhadap pola eliminasi. Seseorang yang berada dalam keadaan  nyeri sulit untuk makan, diet yang seimbang, maupun untuk melakukan latihan fisik.
8)      Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang berpengaruh terhadap eliminasi. Ada obat yang menyebabkan diare, konstipasi maupun inkontinensia (Asmadi,2008:97-98).
 Pengkajian Kebutuhan Eliminasi
1)      Aspek biologis
a)      Usia
b)      Aktivitas fisik
c)      Riwayat kesehatan dan diet
d)     Penggunaan obat-obatan
e)      Pemeriksaan fisik : Eliminasi urine dan eliminasi fekal
f)       Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan urine (warna, kejernihan, bau dan pH) dan pemeriksaan feses.
2)      Aspek Psikologis
Stres emosional dapat menimbulkan gangguan pada eliminasi. Stres dapat menyebabkan seseorang terdorong untuk terus berkemih, sehingga frekuensi berkemih meningkat. Selain itu, kecemasan yang dialami seseorang dapat membuat individu tidak mampu berkemih sampai tuntas. Pengaruh ansietas pada eliminasi fekal dapat meningkatkan peristaltik sehingga timbul diare (Asmadi, 2008:100).
3)      Aspek Sosiokultural
Menurut Asmadi (2008:100), adat istiadat terkait dengan eliminasi perlu dikaji, seperti posisi berkemih bagi sebagian kultur mesti dilakukan dengan posisi berjongkok, adapula dengan berdiri. Begitu pula dengan eliminasi fekal, ada yng buang air besar di WC, kali, kebun dan lain-lain. Nilai-nilai masyarakat pun perlu dikaji yang  terkait dengan eliminasi.
4)      Aspek Spiritual
Keyakinan individu terkait dengan eliminasi perlu dikaji, seperti urine dan feses diyakini sebagai sesuatu yang najis sehingga perlu dibersihkan dengan air. Ada pula individu yang cukup membersihkannya dengan tisu. Keyakinan ini juga berhubungan dengan praktek kultural setempat.
 Metode Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sampah atau kotoran yang terdapat di dalam tubuh. Kotoran ini bersifat toksin, jika tidak segera dibuang makan dapat meracuni fubuh dan akhirnya menyebabkan kematian.Namun, tidak selamanya eliminasi berjalan dengan lancar, terkadang mengalami hambatan baik pada eliminasi fekal maupun urine. Gangguan atau hambatan tersebut bila tidak segera ditanggulangi dapat mengganggu keseimbangan tubuh.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional harus mampu mengidentifikasi gangguan yang terjadi pada eliminasi serta dapat menanggulanginya. Oleh karena itu, perawat harus mampu melakukan beberapa tindakan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan eliminasi. Seperti yang dinyatakan Asmadi (2008:101), tindakan tersebut antara lain:
a)      Membantu pengeluaran feses secara manual
b)      Penggunaan pispot atau urinal
c)      Kateterisasi (pemasangan selang kateter)
d)     Irigasi kandung kemih
e)     Bladder training (latihan otot-otot vesika urinaria)
f)       Melakukan huknah (enema) (memasukkan cairan pencahar ke rektum dan kolon)
 Gangguan Proses Eliminasi
Gangguan eliminasi urine
Klien yang memiliki masalah perkemihan paling sering mengalami gangguan dalam aktivitas berkemihnya. Gangguan ini diakibatkan oleh kerusakan fungsi kandungan kemih, adanya obstruksi pada aliran urine yang mengalir keluar, atau ketidakmampuan mengontrol berkemih secara volunter. Beberapa klien dapat mengalami perubahan sementara atau permanen dalam jalur normal ekskresi urine. Klien yang menjalani diversi urine memiliki masalah khusus karena urine keluar melalui sebuah stoma (Potter&Perry, 2005:1686).
. Gejala Umum pada Perubahan Perkemihan
Gejala
Deskripsi
Penyebab atau Faktor Terkait
Urgensi
Merasakan kebutuhan untuk segera berkemih
Penuhnya kandung kemih, iritasi atau radang kandung kemih akibat infeksi, sphincter uretra tidak kompeten, stres psikologis.
Disuria
Merasa nyeri atau sulit berkemih
Peradangan kandung kemih, trauma atau inflamasi sphincter uretra
Frekuensi meningkat
Berkemih dengan sering
Peningkatan asupan cairan, radang pada kandung kemih, peningkatan tekanan pada kandung kemih (kehamilan, stres psikologis)
Keraguan berkemih
Sulit memulai berkemih
Pembesaran prostat, ansietas, edema uretra
Poliuria
Mengeluarkan sejumlah besar urine
Asupan cairan berlebihan, diabetes melitus atau insipidus, penggunaan diuretik, diuresis pascaobstruktif
Oliguria
Pengeluaran urine menurun dibandingkan cairan yang masuk (biasanya kurang dari 400 ml dalam 24 jam)
Dehidrasi, gagal ginjal, ISK, peningkatan sekresi ADH, gagal jantung kongestif
Nokturia
Berkemih berlebihan atau sering pada malam hari
Asupan cairan berlebihan sebelum tidur (terutama kopi atau alkohol), penyakit ginjal, proses penuaan
Dribling (urine yang menetes)
Kebocoran/rembesan urine walaupun ada kontrol terhadap pengeluaran urine
Stres inkontinensia, overflow akibat retensi urine
Hematuria
Terdapat dalah dalam urine
Neoplasma pada ginjal atau kandung kemih, penyakit glomerulus, infeksi pada ginjal atau kandung kemih, trauma pada struktur perkemihan, diskrasia darah
Retensi Urine
Akumulasi urine di dalam kandung kemih disertai ketidakmampuan kandung kemih untuk benar mengosongkan diri
Obstruksi uretra, inflamasi pada kandung kemih, penurunan aktivitas sensorik, kandung kemih neurogenik, pembesaran prostat, setelah tindakan anestesi, efek samping obat-obatan
Residu Urine
Volume urine tersisa setelah berkemih (volume 100 ml atau lebih)
Inflamasi atau iritasi mukosa kandung kemih akibat infeksi, kandung kemih neurogenik, pembesaran prostat, trauma atau inflamasi uretra

Gangguan eliminasi sisa pencernaan
Gangguan pada eliminasi sampah digestif atau sisa pencernaan menurut Potter & Perry (2005:1746), sebagai berikut:
a)      Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit. Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan konstipasi. Apabila motilitas usus halus melambat, masa feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses diabsorbsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk melunakkan dan melunasi feses. Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat menimbulkan nyeri pada rektum.
b)      Impaksi
Impaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, yang tidak dapat diluarkan. Pada kasus impaksi berat, massa dapay lebih jauh masuk ke dalam sigmoid. Klien menderita kelemahan, kebingungan, atau tidak sadar adalah klien yang paling beresiko mengalami impaksi.
Tanda impaksi yang jelas ialah ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses selama beberapa hari walaupun terdapat keinginan berulang untuk melakukan defekasi.
c)      Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang memengaruhi proses pencernaan, absorpsi, dan sekresi di dalam saluran GI. Isi usus terlalu cepat keluar melalui usus halus dan kolon sehingga absorbsi cairan yang biasa tidak dapat berlangsung. Iritasi di salam kolon dapat menyebabkan peningkatan sekresi lendir. Akibatnya, feses menjadi lebih encer sehingga klien menjadi tidak mampu mengontrol keinginan untuk defekasi.
d)     Inkontinensia
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari anus. Kondisi fisik yang merupakan fungsi atau kontrol sphincter anus dapat menyebabkan inkontinensia. Kondisi yang membuat seringnya defekasi, feses encer, volumenya banyak, dan feses mengandung air juga mempredisposisi individu untuk mengalami inkontinensia.
e)      Flatulen
Flutulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri, dan kram. Dalam kondisi normal, gas dalam usus keluar melalui mulut (bersendawa) atau melalui anus (pengeluaran flatus). Namun, jika ada penurunan motilitas usus akibat penggunaan opiat, agens anestesi umum, bedah abdomen, atau imobilisasi, flatulen dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan distensi abdomen dan menimbulkan nyeri yang terasa sangat menusuk.
f)       Hemoroid
Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan rektum. Ada dua jenis hemoroid, yakni hemoroid internal atau hemoroid eksternal. Hemoroid eksternal terlihat jelas ebagai penonjolan kulit, apabila lapisan vena mengeras, akan terjadi perubahan warna menjadi keunguan. Hemoroid internal memiliki membran mukosa di lapisan luarnya. Peningkatan tekanan vena akibat mengedn saat defekasi, selama masa kehamilan, pada gagal jantung kongestif, dan penyakit hati kronik dapat menyebabkan hemoroid.
 


HORMON-HORMON TERKAIT ELIMINASI
1.      ADH (Anti Deuretik Hormon)
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh.  Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel (Frandson,2003 )
Dibentuk dalam nucleus supraoptik dan mengandung asam amino.  Mekanisme kerja ADH adalah meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh kemudian diabsorpsi secara osmosis.
Pengaturan produksi ADH: bila cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan ditarik dengan proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran sel dan menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH tambahan.  Sebaliknya bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air bergerak melalui osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel.  Keadaan ini akan menurunkan sinyal saraf unutk menurunkan sekresi ADH.
2.      Mineralcorticoids
Mineralcorticoids adalah hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal.  Mereka mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam  tubuh  misalnya keringat, urin, empedu dan air liur.
3.      Hormon ovarium (estrogen dan progesteron)
Disekresi oleh ovarium akibat respons terhadap dua hormon dari kelenjar hipofisis.
a.       Estrogen
Alami yang menonjol adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat estrodiol merupakan produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang tidak hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta.  Estrogen beredar terikat pada protein plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang melaksanakan peran ganda dalam metabolisme estrogen. 
Urine wanita hamil benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta.  Mekanisme aksi estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran
b.      Progesteron
metabolism progesterone yang utama di dalam urine ialah pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol (perubahan korteks adrenal).  Senyawa ini dibuang sebagai glucuronic (senyawa glikosid).
4.      Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal ( Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang menyerupai hormon, seperti hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis. Michael W. Davidson dari Florida State University: "Prostaglandin bertindak dengan cara yang mirip dengan hormon, dengan sel target merangsang ke dalam tindakan Namun, mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka bertindak secara lokal, dekat situs mereka sintesis, dan mereka. dimetabolisme sangat cepat. Fitur lain yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang sama bertindak berbeda pada jaringan yang berbeda.
5.      Glukokortikoidtid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium( Frandson, 2003). Kelenjar Adrenal/Suprarenal/Anak Ginjal. Kelenjar ini berbentuk bola yang menempel pada bagian atas ginjal. Di setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian luar(korteks)dan bagian dalam (medula).
Salah satu hormon yang dihasilkan yaitu hormon adrenalin yang berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa. Hormon adrenalin bekerja berlawanan dengan hormon insulin. Walaupun bekerja berlawanan tapi tujuannya sama, yaitu untuk mengatur kadar gula dalam darah tetap stabil.

TANDA DAN GEJALA GANGGUAN ELIMINASI SISA METABOLISME DAN PENCERNAAN
Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni
1.        Eliminasi urine (sisa metabolisme)
2.        Eliminasi fekal/alvi/bowel.kebutuhan buang air besar (sisa pencernaan)
Kebutuhan Eliminasi Urine
Eliminasi urine = Miksi (berkemih)
Miksi =>          proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Organ yang berperan dalam sistem eliminasi urine
·         ginjal
·         Ureter
·         Vesika urinaria
·         Urethra
Masalah Eliminasi Urine
v  Retensi Urine
v  Inkontinensia urine
v  Enureis
v  Poliuria
v  Disuria
a.      Retensi Urine
Retensio urine adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth).
  Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna.
Etiologi
.  Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis
.  Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang
.  Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika, batu kecil dan tumor
.  Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat, kelainan patologi uretra, trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
Manifestasi Klinis
-  Urine mengalir lambat
-  Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongankandung kemih tidak efisien
-  Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
-  Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
-  Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc.
b.      Inkontinensia urine
  Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya, yang mengakibatkan masalah sosial dan higienis penderitanya
  Merupakan ketidakmampuan otot spinkter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol eksresi urin
Etiologi
.  Kelainan urologik; misalnya radang, batu, tumor, divertikel.
.  Kelainan neurologik; misalnya stroke, trauma pada medulla spinalis, demensia dan lain-lain.
.  Lain-lain; misalnya hambatan motilitas, situasi tempat berkemih yang tidak memadai/jauh, dan sebagainya.
.  Penyebab lainnya: proses penuaan (aging prosess), pembesaran kelenjar prostat, serta penurunan kesadaran serta penggunaan obat narkotik.
c.       Enuresis
-  Sering terjadi pada anak-anak
-  Umumnya terjadi pada malam hari — nocturnal enuresis
-  Dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
Penyebab
.  Kapasitas kandung kemih lebih besar dari normalnya
.  Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi dari keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bagun tidur untuk kekamar mandi
.  Kandung kemih irritable dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar.
.  Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudara kandung, cekcok dengan orang tua). Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
.  Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologi sistem perkemihan.
.  Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral atau makanan pemedas
.  Anak yang takut jalan pada gang gelap untuk kekamar mandi.
.  Perubahan pola berkemih
d.      Poliuria
-  Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan
-  Dapat terjadi karena : DM, defisiensi ADH, penyakit ginjal kronik
-  Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya berat badan.
e.       Disuria
.  Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
.  Dapat terjadi karena : striktura urethra, infeksi perkemihan, trauma pada kandung kemih dan urethra.
Eliminasi Fekal (Bowel)
  Eliminasi bowel/ Buang Air Basar (BAB) atau disebut juga defekasi merupakan faeces normal tubuh yang penting bagi kesehatan untuk mengeluarkan sampah dari tubuh. Sampah yang dikeluarkan ini disebut faeces atau stool
  Defekasi adalah pengeluaran faeses dari anus dan rectum. Frekuensi defekasi tergantung individu, bervariasi dan beberapa kali per hari sampai dengan 2-3 kali per minggu. Defekasi biasanya terjadi karena adanya reflek gastro-colika.
Gangguan eliminasi fekal utama:
.  Konstipasi
.  Impaction
.  Inkontinensia fekal
.  Diare
.  Hemoroid
Konstipasi
  Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit, yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran faeces yang sulit’ keras dan mengedan. BAB keras dapat menyebabkan nyeri rectum. Kondisi ini terjadi karena faces berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Impaction
             Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak berakhir sehingga, tumpukan faces yang keras di rectum tidak dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
 Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
  Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum.
Diare
  Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feces yang tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan fakta tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feces menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
Inkontinensia Fekal
  Yaitu suatu keadaan di mana tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak.Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spinter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal.
Hemoroid
  Yaitu dilatasi, pembengkakan vena pada dinding rectum (bias internal dan eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka klien merasa panas dan rasa gatal.

MENGHITUNG INTAKE DAN OUTPUT
   Rumus Balance Cairan
Inteake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)
Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip, albumin dll.
Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung dalam ukuran di urobag, jka tidak terpasang maka pasien harus menampung urinenya sendiri, biasanya ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses.

IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa.
RUMUS IWL
IWL = (15 x BB )
24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37
C (suhu normal)

IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam
24 jam

*kalo dlm 24 jam —-> 37,5 x 24 = 900cc/24 jam
*Rumus IWL Kenaikan Suhu

[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal
24 jam

Cth: Tn.A BB 60kg, suhu= 39
C, CM= 200cc

IWL = [(10%x200)x(39
C-37C)] + 37,5cc
24 jam
= (20×2) + 37,5cc
24
= 1,7 + 37,5 = 39cc/jam

*CM : Cairan Masuk


            Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift.
PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN UNTUK DEWASA
Input cairan: Air (makan+Minum) = ……cc
Cairan Infus = ……cc
Therapi injeksi = ……cc
Air Metabolisme = ……cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan: Urine = ……cc
Feses = …..cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = …..cc
IWL = …..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)
Contoh Kasus:
Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700 cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!

Input Cairan: Infus = 2000 cc
Tranfusi WB = 300 cc
Obat injeksi = 100 cc
AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) +
———————————————
2700 cc

Output cairan: Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
———————————————-
2900 cc
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan – output cairan
2700 cc – 2900 cc
- 200 cc.
Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?
berarti nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 °C – 36,8 .°C)
= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 1240 cc +
————————–
3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc – 3240 cc = -540 cc

Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka Indonesiayaitu:
Usia Balita (1 – 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
Usia 5 – 7 tahun : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari
Usia 7 – 11 tahun : 6 – 7 cc/kgBB/hari
Usia 12 – 14 tahun : 5 – 6 cc/kgBB/hari

Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari 

CONTOH :
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut ibunya: “rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi malam berdarah” Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah balance cairan anak ini!

Input cairan: Minum : 1000 cc 
Infus : 1000 cc 
AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg) 
————————-
2112 cc

Out put cairan: Muntah : 100 cc
Urin : 1000 cc
IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg
—————————–
1478 cc 
Balance cairan = Intake cairan – Output Cairam
2112 cc – 1478 cc
+ 634 cc 

Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !
yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus: 
IWL + 200 ( Suhu Tinggi – 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta.

IWL An X = 378 + 200 (39,8 °C – 36,8 °C) 
378 + 200 (3)
378 + 600
978 cc
Maka output cairan An X = Muntah : 100 cc 
Urin : 1000 cc
IWL : 978 cc +
————————-


2078 cc
Jadi Balance cairannya = 2112 cc – 2078 cc
+ 34 cc.