KESEIMBANGAN
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses
dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk
melakukan respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan
cairan adalah essensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar
untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan
proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya
lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.
Di dalam tubuh seseorang yang sehat volume cairan tubuh
dan komponen kimia dari cairan tubuh
selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal
intake cairan sesuai dengan kehilangna cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit
dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam
rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilangan cairan antara
lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal
(urine),ekskresi pada proses metabolisme.
Massa
Tubuh Total
·
ICF
= Intra cellular fluid = CIS = cairan intra selular à 2/3 ICF
·
ECF
= extra cellular fluid = CES = cairan ekstra selular à
1/3 ECF
Perempuan
|
Laki-Laki
|
45% Solids
|
40% Solids
|
55% Fluids
|
60% Fluids
|
CES : plasma
CIS : - Cairan limfe
-
Cairan serebrospinal
- Cairan
synovial
-
Aqueous humor & vitreous body
-
Endolimfe, Perilimfe
-
Cairan pleura, pericardium,
peritoneum
Kompartemen Cairan
Seluruh cairan tubuh didistribusikan
diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan intraselular (CIS) dan cairan
ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh
(TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. persentase ini
dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas (Guyton
& Hall, 1997)
·
Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total
Adalah cairan
yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh
adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg).
Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
·
Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total
Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari
(CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan
tubuh terkandung didalam CES. Setelah 1 tahun, volume relatif dari CES menurun
sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam
rata-rata pria dewasa (70 kg).
Cairan
Ekstraseluler terdiri dari :
o
Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama
dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume
interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume CIT kira-kira sebesar 2
kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.
o
Cairan
intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume
relatif dari CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah
orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut
adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM, atau
eritrosit) yang mentransfor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang
penting; sel darah putih (leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas
dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin,
berat badan dan faktor-faktor lain. Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :
– Pengiriman nutrien (misal ; glokusa
dan oksigen) ke jaringan
– Transpor produk sisa ke ginjal dan
paru-paru
– Pengiriman antibodi dan SDP ke tempat
infeksi
– Transpor hormon ke tempat aksinya
– Sirkulasi panas tubuh
·
Cairan Transelular (CTS)
Adalah cairan
yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh CTS meliputi cairan
serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta
sekresi lambung. Pada waktu tertentu CTS mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah
besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap
harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara normal
mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat
digambarkan sebagai berikut :
Fungsi dan
Kebutuhan Cairan Tubuh
Air
merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73%
dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass).
Tergantung jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, proporsi air ini berbeda
antar orang
Distribusi
dan Keseimbangan Cairan Tubuh
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di
dalam sel. Tiap sel mengandung cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang
komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan berada di dalam cairan
ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula. Cairan ekstraseluler
terdiri atas cairan interstisial atau intraseluler (sebagian besar) yang
terdapat disel-sel dan cairan intravaskular berupa plasma darah. Semua cairan
tubuh setiap waktu kehilangan dan mengalami penggantian bagian-bagiannya, namun
komposisi cairan dalam tiap kompartemen dipertahankan agar selalu berada dalam
keadaan homeostatik / tetap. Keseimbangan cairan di tiap komportemen menentukan
volume dan tekanan darah. Tubuh
harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan
tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengaturan ini
penting bagi kehidupan sel, karena sel harus secara terus menerus berada
didalam cairan dengan komposisi yang benar, baik cairan didalam maupun diluar
sel. Mineral makro terdapat dalam bentuk ikatan garam yang larut dalam cairan
tubuh. Sel-sel tubuh mengatur kemana garam harus bergerak dengan demikian
menetapkan kemana cairan tubuh harus mengalir, karena cairan mengikuti garam.
Kecenderungan air mengikuti garam dinamakan osmosis. Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan
yang masuk dan keluar. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar
cairan didalam tubuh setiap waktu berada dalam jumlah yang tetap/konstan.
Ketidakseimbangan terjadi pada dehidrasi (kehilangan air secara berlebihan) dan
intoksikasi air (kelebihan air). Konsumsi air terdiri atas air yang diminum dan
yang diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh sebagai hasil
metabolisme. Air yang keluar dari tubuh termasuk yang dikeluarkan sebagai urin,
air didalam feses, dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru.
Keseimbangan air rata-rata berupa masukan dan ekskresi dapat dilihat pada tabel
berikut :
Masukan
Air
|
Jumlah
(ml)
|
Ekskresi
/Keluaran Air
|
Jumlah
(ml)
|
Cairan
|
550-1500
|
Ginjal
|
500-1400
|
Makanan
|
700-1000
|
Kulit
|
450-900
|
Air
metabolik
|
200-300
|
Paru-paru
|
350
|
Feses
|
150
|
||
Jumlah
|
1450-2800
|
1450-2800
|
Air dibuang dari tubuh melalui
air seni, keringat, dan penguapan air melalui alat pernapasan yaitu sebagai
sarana transportasi zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh. Aktivitas tubuh akan
selalu mengeluarkan cairan dalam bentuk keringat, urin, feses dan nafas. Tubuh
akan kehilangan cairan sekitar 2.5 liter setiap hari. Untuk menjaga agar
kondisi dan fungsi cairan tubuh tidak terganggu, kehilangan tersebut harus
diganti. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan air atau kehilangan air maka akan menimbulkan
dehidrasi.Dehidrasi adalah suatu keadaan kehilangan cairan sehingga mengganggu
fungsi normal organ-organ tubuh. Tubuh kita dapat mengalami dehidrasi
disebabkan oleh masukan air kurang atau keluaran air berlebihan.
Dehidrasi karena keluaran air berlebihan
disebabkan oleh diare atau peningkatan aktivitas fisik.Pada aktivitas
fisik biasa, tubuh kehilangan air sebanyak 2,5 liter per hari, sebagian besar
(60%) dikeluarkan melalui air seni. Pada peningkatan aktivitas fisik, misalnya
berolahraga, kehilangan air mencapai 1-2 liter per jam, sebagian besar (95%)
dikeluarkan melalui keringat. Banyaknya air yang hilang tergantung pada
intensitas aktivitas fisik, dan suhu dan kelembaban. Makin besar intensitas
latihan, suhu dan kelembaban, akan semakin besar kehilangan air.
Rasa haus merupakan gejala awal
terjadinya dehidrasi. Kehilangan air sebanyak 2% dari berat badan dapat
menyebabkan peningkatan laju jatung dan suhu tubuh. Kematian dapat terjadi bila
kehilangan air mencapai 9-12% berat badan. Pada dehidrasi, tubuh tidak hanya
kehilangan air tetapi juga kehilangan elektrolit dan glukosa. Disamping air,
dehidrasi menyebabkan kehilangan elektrolit. Kehilangan natrium dan klorida
dapat mencapai 40-60 mEq/liter, sedangkan kalium dan magnesium 1,5-6 mEq/liter.
Kehilangan elektrolit akan mempercepat timbulnya gejala dan gangguan fungsi
organ-organ.
Dehidrasi akan mengakibatkan menurunnya
volume plasma sehingga menimbulkan gangguan termoregulasi dan kerja jantung.
Selanjutnya akan mempengaruhi kinerja tubuh secara keseluruhan. Dehidrasi juga
menurunkan kemampuan sistem kardiovaskuler dan pengaturan suhu tubuh. Dehidrasi
berat menyebabkan kerja otak terganggu sehingga cenderung mengalami halusinasi.
Rehidrasi dengan memberikan air minum
biasa justru akan sangat berbahaya pada kehilangan elektrolit. Air minum biasa
menyebabkan CES menjadi hipoosmolar sehingga air masuk ke CIS. Minum air biasa
terus menerus semakin meningkatkan hipoosmolaritas CES dan menambah volume air
yang masuk ke CIS sehingga mengakibatkan pembengkakan sel yang dapat
mengakibatkan kematian. Oleh sebab itu komposisi cairan rehidrasi harus
mengandung elektrolit dan glukosa dalam jumlah yang cukup untuk mengganti yang
hilang.
Pengaturan
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
Jumlah berbagi jenis garam di dalam tubuh
hendaknya dijaga dalam keadaan konstan. Bila terjadi kehilangan garam dari
tubuh, maka harus diganti dari sumber diluar tubuh, yaitu dari makanan dan
minuman. Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi semua
mineral berada dalam batas-batas normal.
Pengaturan air dari tubuh diatur oleh
ginjal dan otak. Hipotalamus mengatur konsentrasi garam di dalam darah,
merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan hormon antidiuretika (ADH), Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan
mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam
dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan
abnormal dari air dan garam tersebut.
ADH
dikeluarkan bilamana konsentrasi garam tubuh terlalu tinggi, atau bila volume
darah atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan
atau menyerap air kembali dan mengedarkannya kembali kedalam tubuh. Jadi,
semakin banyak air dibutuhkan tubuh, semakin sedikit yang dikeluarkan. Bila
terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah akan
turun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan protein
di dalam darah yang dinamakan angiotensin kedalam bentuk aktifnya angiotensin.
Angiotensin akan mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah
akan naik. Disamping itu angiotensin mengatur pengeluaran hormon aldosteron
dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan mempengaruhi ginjal untuk menahan
natrium dan air. Akibatnya bila dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih sedikit
air dikeluarkan tubuh.
Pertukaran cairan dan
elektrolit:
-
Filtrasi - Difusi
-
Reabsorbsi - Osmosis
Fungsi ion dari elektrolit:
1. Kontrol osmosis air
2. Keseimbangan asam – basa
3. Aliran listrik à potensial aksi (pada neuron)
4. Kofaktor enzim
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya
adalah :
1.
Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas
permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat badan. selain itu sesuai
aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan disajikan dalam
tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.
2.
Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang
secara proporsional, karena lebih banyak mengandung lemak tubuh
3.
Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air
tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh
4.
Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme
sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan
retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan
menurunkan produksi urine
5.
Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan,
kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan
cairan
6.
Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan
berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30
g/hari
7.
Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi,
tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan menimbulkan pergerakan
cairan dari interstisial ke intraselular.
HORMON-HORMON
TERKAIT DENGAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
Hormon yang mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit :
·
ADH
Fungsi : menurunkan
produksi urine dengan cara meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal.
Keadaan kurang air àosmolaritas darah meningkat à kelenjar hipofisis merespon
dengan melepaskan ADH à reabsorpsi
tubulus ginjal meningkat à air
dikembalikan ke sirkulasi darah à
haluaran urine berkurang
·
Aldosteron
Merupakan suatu mineral kortikoloid yang
diproduksi korteks adrenal.
Fungsi
: mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan menyebabkan tubulus ginjal
mengsekresi kalium dan mengabsorbsi natrium. Akibatnya air juga diabsorbsi dan
dikembalikan ke dalam darah.
·
Hormon
glukokortikoid
Kelebihan
hormondi dalam sirkulasi dapat menyebabkan tubuhmenahan natrium dan air yang
dikenalsebagai sindrom cushing. Biasanya orang-orang yang meminum obat steroid
akan menahan natrium dan air
KESEIMBANGAN
ASAM BASA
Keseimbangan asam basa adalah
homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh.
Keseimbangan
asambasa dalam tubuh ini meyangkut gas CO2 , asam non karbonat dan basa. Adapun pengaturan keseimbangan derajat
keasaman tubuh dilakukan dengan tiga mekanisme:
1.
Sistem buffer
2.
Ekshalasi CO2
3.
Ekskresi H+
via ginjal
ü pH darah normal 7,35 – 7,45
ü Asidosis =
asidema à kadar pH darah
<7,35
Alkalemia = alkalosis à kadar pH darah >7,45
ü Kadar pH darah
<6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh
Ketidakseimbangan
asam basa
-
Asidosis:
Depresi sistem saraf pusat, koma, mati
-
Alkalosis: Eksitabilitas saraf meningkat,
spasme otot, kejang, mati
-
Kompensasi: sempurna/ parsial
-
pH berubah (metabolik) à kompensasi respiratorik (jam)
-
pH berubah (respiratorik) à kompensasi renal (berhari-hari)
-
Asidosis/ alkalosis respiratorik à pCO2
-
Asidosis/ alkalosis metabolik à HCO3-
·
Asidosis respiratorik
-
Tejadi
karena kegagalan sistem pernapasan mengeluarkan CO2 dengan meningkatkan CO2
maka konsentrasi H+ dan pH menurun
-
CO2 exhalation à pH
-
Emphysema, edema paru, obstruksi jalan nafas,
gangguan otot respirasi, kerusakan pusat respirasi di medulla oblongata.
-
Kompensasi oleh ginjal: - Ekskresi oleh H+
- Reabsorbsi
HCO3-
- Terapi ventilasi, HCO3- intra
vena
·
Alkalosis respiratorik
-
Terjadi
padagangguan sistem respirasi mengeluarkan CO2 yang berlebihan sebagai upaya
untuk mengurangi hipoxia. Konsekuensi penurunan CO2 dibawah minimal menyebakan
konsentrasi ion H+ berkurang sehingga meningkatkan pH dara.
-
pCO2
< 35 mmHg
-
Hiperventilasi, defisiensi O2
(ketinggian), rangsangan pada area inspirasi batang otak, penyakit paru,
stroke, cemas
-
Kompensasi renal: - Ekskresi H+
- Reabsorbsi HCO3-
·
Asidosis metabolik
- menurunnya pH dan HCO3. Hal ini disebkanoleh
tertahannya H+ dan hilangnya HCO3.
- HCO3- < 22 mEq/ L
-
Diare, disfungsi renal, ketosis, kegagalan
ginjal mengeluarkan H (protein)
-
Terapi: hiperventilasi (kompensasi
respiratorik), NaHCO3 intra vena
·
Alkalosis metabolik
-
Ditandai
dengan naiknya pH dan naiknya konsentrasi HCO3 dalam plasma
-
HCO3- > 26 mEq/ L
-
Vomitus, gastric suctioning, diuretik,
penyakit-penyakit endokrin, obat alkalin (antasida), dehidrasi
-
Terapi: hipoventilasi, cairan koreksi
defisiensi Cl-, K+
Usia & Keseimbangan Cairan/ Asam - Basa
Bayi
|
Dewasa
|
|
Proporsi air
|
75% - 90%
CES > CIS (2x)
|
55% - 60%
CIS > CES (2x)
|
Rate input – output
|
7x >
|
|
Metabolic rate
|
2x >
|
|
Perkembangan ginjal
|
Bayi ½ x efisiensi dewasa
|
Bayi ½ x efisiensi dewasa
|
Rasio luas permukaan : volume
|
3x >
|
|
Frequensi nafas
Konsentrasi ion
|
30 – 80x/ menit
|
|
Konsentrasi ion
|
K+, Cl- >
|
TANDA DAN GEJALA
GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Tanda dan gejala umum defisit cairan dan elektrolit, adalah :
Keb. Cairan NaCl 3 % =2-4 Meq/KgBB 1 Meq = 2 cc
KCl 3,75 % = 1-3 Meq/KgBB 1 Meq = 2 cc
Bicnat 7,5 % = 2-4 Meq/KgBB 1 Meq = 1 cc
Dextrose 10 % = jumlah selebihnya
Ø Turgor jelek (kembali
lebih dari 5 detik)
Ø Kulit dan selaput
lendir jelek
Ø Berat badan menurun
Ø Output urine menurun
akibat produksi urine menurun
Ø Rasa lemah serta lemas
Ø Gemetar dan pucat
Ø Taclicardi dan dyspnca
Ø Eritrosit dan Hb serta
Hematrokit meningkat
Ø Ubun-ubun cekung
Ø Pada keadaan yang
lebih buruk terjadi shok hypavole
Tanda dan gejala yang khas pada keadaan defisit cairan dan elektrolit
adalah :
Ø Turgor jelek (kembali
lebih dari 5 detik)
Ø Kulit dan selaput
lender jelek.
Ø Berat badan menurun
Ø Output urine menurun
akibat produksi urine menurun
Ø Rasa lemah serta lemas
Ø Gemetar dan pucat
Ø Tachicardi dan dysprea
Ø Eritrosit dan
hemoglobin serta hermatokrit meningkat
Ø Ubun-ubun cekung
Ø Pada keadaan yang
lebih buruk terjadi shok hypouole.
Tanda dan gejala yang khas pada keadaan defisit cairan dan elektrolit
adalah:
Ø Kalium
Ø Hypokolemia :
Mual, muntah, aritmia, kembung dan otot yang lembek
dan kendor.
Ø
Hyperkolemia : Mual, kejang perut, oligerta, takikardi dan
akhirnya bradikardi lemas dan
Natrium
Hyponatremia :
Kejang, mual dan muntah.
Hypernatremia : Kulit
terasa panas temperature tubuh dan tekanan darah meningkat,lidah kering dan
kasar.
Kalsium
Hypokalsemia
: Rasacemas, iritabilitas dan tetani (kedutan sekitar mulut, kesemutan
dan boal pada jari-jari spasme kompo peda, kontraksi spasmudik spasme laring
dan kejang.
Hyperkalsemia :
otot-otot yang kendor, nyeri sekitar daerah yang bertuang dan terjadinya batu
ginjal dengan komposisi kalsium.
1.
Gangguan
keseimbangan cairan
a.
Dehidrasi
b.
Syok
hipovolemik
2.
Gangguan
keseimbangan elektrolit
a.
Hiponatremia
Definisi : kadar NA+ serum
dibawah normal (<135 mEq/L)
Causa : CHF,gangguan
ginjal dan sindroma nefrotik,hipotiroid,penyakit addison.
Tanda dan Gejala :
1.)
Jika
Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual,muntah , sakit
kepala dan kram otot.
2.)
Jika
Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam , bisa terjadi sakit kepala hebn koma,letargi,kejang,disorientasi
dan koma.
3.)
Mungkin
pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung,penyakit
adddison)
4.)
Jika
hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan,mungkin ada tanda-tand
asyok seperti hipotensi dan takikardi.
b.
Hipernatremia
Definisi : Na+ serum
diatas normal (>145 mEq/L)
Causa : kehilangan
Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi direutik,diuresis osmotik,diabetes
insipidus,sekrosis tubulus akut,uropati,pasca obstruksi,nefropati hiperkalsemik
atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala :
Iritabilitas otot,bingung,ataksia,tremor,kejang,dan
koma yang sekunder terhadap hipernatremia.
c.
Hipokalemia
Definisi : kadar K+serum
(<3,5 mEq/L)
Etiologi :
1.)
Kehilangan
K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah,sedot nasogastrik,diare,sindrom
malabsorpsi,penyalgunaan pencahar)
2.)
Diuretik
3.)
Asupan
K+ yang tidak cukup dari diet
4.)
Ekskresi
berlebihan melalui ginjal
5.)
Maldistribusi
K+
6.)
Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala :
Lemah ( terutama
otot-otot proksimal) ,mungkin arefleksia,hipotensi ortostatik,penurunan
mortilitas pencernaan yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi
pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel,reentry
phenomena,dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T
datar,gelombang U dan depresi segmen ST.
d.
Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum
diatas normal (>5,5 mEq/L)
Etiologi :
1.)
Ekskresi
renal tidak adekuat ; misalnyapada gagal ginjal akut dan kronik ,diuretik hemat
kalium,penghambat ACE.
2.)
Beban
kalium nekrosis sel yang masif yang disebkan trauma (cush injuries) ,pembedahan
mayor,luka bakar,emboli arteri akut, hemolisis,perdarahan saluran cerna atau
rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti
garam,transfusi darahdan penisilindosis tinggi juga harus dipikirkan.
3.)
Perpindahan dari
intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi
insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
4.)
Insufisiensi adrenal
5.)
Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel
darah atau pemasangan torniket terlalu lama
6.)
6) Hipoaldosteron
Tanda dan
Gejala :
Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas
jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan
peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+
> 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang
P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya
interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi
ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L.
Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis
ascenden.
PROSES KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ,ELEKTROLIT DAN ASAM BASA
1. Terapi cairan
Terapi cairan
adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas
fisiologis.
Indikasinya antara lain:
a. Kehilangan
cairan tubuh akut
b. Kehilangan darah
c. Anoreksia
d. Kelainan saluran
cerna
Tujuan pemberian terapi cairan dijabarkan sebagai
berikut :
Teknik Pemberian
Prioritas utama
dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah melalui rute enteral /
fisiologis misalnya minum atau melalui NGT. Untuk pemberian terapi cairan dalam
waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan
tangan, lengan bawah atau daerah cubiti. Pada anak kecil dan bayi sering
digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki dalam atau kepala. Pemberian
terapi cairan pada bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena umbilikalis.
Penggunaan jarum
anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada vena perifer biasanya
perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan.
Pemberian cairan infus lebih dari 3 hari sebaiknya menggunakan kateter besar
dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis, vena cubiti, vena subclavia,
vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin dengan
atrium kanan atau di vena cava inferior atau superior.
2. Teapi Elektrolit
a. Hiponatremia
1)
Atasi penyakit dasar
2)
Hentikan setiap obat yang ikut menyebabkan hiponatremia
3)
Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama secara perlahan-lahan,
sedangkan hiponatremia akut lebih agresif. Hindari koreksi berlebihan karena
dapat menyebabkan central pontine myelinolysis
4)
Jangan naikkan Na serum lebih cepat dari 12 mEq/L dalam 24 jam pada pasien
asimptomatik. Jika pasien simptomatik, bisa tingkatkan sebesar 1 sampai 1,5
mEq/L/jam sampai gejala mereda. Untuk menaikkan jumlah Na yang dibutuhkan untuk
menaikkan Na serum sampai 125 mEq/L digunakan rumus:
Jumlah Na (mEq) = [125 mEq/L – Na serum aktual
(mEq/L)] x TBW (dalam liter)
TBW (Total Body Water) = 0,6 x BB (dalam kg)
5)
Larutan pengganti bisa berupa NaCl 3% atau 5% (masing-masing mengandung 0,51
mEq/ml dan 0,86 mEq/ml)
6)
Pada pasien dengan ekspansi cairan ekstrasel, mungkin dperlukan diuretic
7)
Hiponatremia bisa dikoreksi dengan NaCl hipertonik (3%) dengan kecepatan
kira-kira 1 mL/kg per jam.
b. Hipernatremia
1)
Hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi dengan pemberian normal
saline sampai hemodinamik stabil. Selanjutnya defisit air bisa dikoreksi dengan
Dekstrosa 5% atau NaCl hipotonik.
2)
Hipernatremia dengan kelebihan volume diatasi dengan diuresis, atau jika perlu
dengan dialisis. Kemudian Dekstrosa 5% diberikan untuk mengganti defisit air.
Defisit air tubuh ditaksir sbb:
Defisit = air tubuh (TBW) yang dikehendaki (liter) –
air tubuh skrg
Air tubuh yg dikehendaki = (Na serum yg diukur) x (air
tubuh skrg/Na serum normal)
Air tubuh sekarang = 0,6 x BB sekarang (kg)
Separuh dari
defisit air yang dihitung harus diberikan dalam 24 jam pertama, dan sisa
defisit dikoreksi dalam 1 atau 2 hari untuk menghindari edema serebral.
c. Hipokalemia
1)
Defisit kalium sukar atau tidak mungkin dikoreksi jika ada hipomagnesia. Ini
sering terjadi pada penggunaan diuretik boros kalium. Magnesium harus diganti
jika kadar serum rendah.
2)
Terapi oral. Suplementasi K+ (20 mEq KCl) harus diberikan pada awal
terapi diuretik. Cek ulang kadar K+ 2 sampai 4 minggu setelah
suplementasi dimulai.
3)
Terapi intravena harus digunakan untuk hipokalemia berat dan pada pasien yang
tidak tahan dengan suplementasi oral. Dengan kecepatan pemberian sbb:
Jika kadar K+
serum > 2,4 mEq/L dan tidak ada kelainan EKG, K+ bisa diberikan dengan
kecepatan 0 sampai 20 mEq/jam dengan pemberian maksimum 200 mEq per hari.
4) Pada anak 0,5-1 mEq/kgBB/dosis dalam 1 jam.
Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa.
d. Hiperkalemia
1)
Pemantauan EKG kontinyu dianjurkan jika ada kelainan EKG atau jika kalium serum
> 7 mEq/L
2)
Kalsium glukonat dapat diberikan iv sebagai 10 ml larutan 10% selama 10 menit
untuk menstabilkan myocard dan sistem konduksi jantung
3)
Natrium bikarbonat membuat darah menjadi alkali dan menyebabkan kalium
berpindah dari ekstra ke intraseluler. Bic nat diberikan sebanyak 40 sampai 150
mEq NaHCO3 iv selama 30 menit atau sebagai bolus iv pada kedaruratan
4)
Insulin menyebabkan perpindahan kalium dari cairan ekstraseluler ke
intraseluler. 5 sampai 10 unit regular insulin sebaiknya diberikan dengan 1
ampul glukosa 50% iv selama 5 menit
5)
Dialisis mungkin dibutuhkan pada kasus hiperkalemia berat dan refrakter
6)
Pembatasan kalium diindikasikan pada stadium lanjut gagal ginjal (GFR < 15
ml/menit)
e. Penanganan Gangguan Keseimbangan
Asam Basa
1)
Mengembalikan nilai PH pada keadaan normal
2)
Koreksi keadaan asidosis repiratorik: Naiknya ventilasi dan mengoreksi penyebab
3)
Koreksi keadaan alkalosis respiratorik: turunnya ventilasi dan terapi penyebab
4)
Koreksi keadaan asidosis metabolik:
a. Pemberian Bicarbonat IV/ oral
b. Terapi penyebab
c.
Koreksi keadaan alkalosis metabolik dengan cara: memberi KCl dan mengobati
penyebab
MENGHITUNG KEBUTUHAN CAIRAN
Menghitung Kebuthan Cairan
·
Menghtung Balance Cairan
TPM = Total Vol infuse (cc) x Factor
Tetesan
Lama waktu penginfusan(menit )
Factor tetesan
Makro 1 cc = 60 tetes
Mikro 1 cc = 15 tetes atau
1 cc = 20 tetes
·
Menghitung Jumlah Tetesan infus
TPM= Volume cairan infus x faktor
tetes normal
Lama pemberian x 60
·
Menghitung lama pemberian infus
LP = Volume cairan infus x faktor
tetes normal
Order tetesan x 60
·
Menghitung cairan yang diberikan pada pasien luka bakar
Dewasa= RL 4 ml x BB x % LB
Anak = RL 2 ml x BB x % LB
8 jam First and 16 jam continued
Kebutuhan Cairan anak sesuai BB
100ml untuk kg pertama
50ml untuk kg kedua
25ml untuk kg selanjutnya
Exc,Hitung kebutuhan cairan anak jika BB 26
kg
Keb.Cairan : (10x100)+(10x50)+(6x25)
: 1000+500+150
: 1650 ml
Rumus Hitung Cairan
Tetesan/menit = keb.cairan (cc) x tetesan
dasar
Waktu 60(dtk)
Kebutuhan Cairan (cc) x 1/3 makro 1/1 mikro
Waktu/jam
·
Kebutuhan cairan untuk Dehidrasi pd bayi Diare
BB x
(D+M+C) cc
Dehidrasi (D) Ringan =5o
cc, Sedang =80 cc, Berat =100 cc
Maintenance (M):
Neonatus=140-120cc, 0-1 Th=120-100cc, 1-2 Th=100-90cc
2-4 Th = 90-80cc, 4-8 Th=80-70cc, 8-12 Th=70-60cc, >12 Th=60-50cc
Concimetten Loss:
Muntah=25cc, BAB=25cc, Muntah+BAB =30cc
·
Pemberian Infus pada Neonatus
Jumlah cairan = Keb. Cairan x BBKeb. Cairan NaCl 3 % =2-4 Meq/KgBB 1 Meq = 2 cc
KCl 3,75 % = 1-3 Meq/KgBB 1 Meq = 2 cc
Bicnat 7,5 % = 2-4 Meq/KgBB 1 Meq = 1 cc
Dextrose 10 % = jumlah selebihnya
1xbet korean sports - legalbet.co.kr
BalasHapus1xbet korean sports | ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐⭐ ⭐ ⭐⭐ ⭐ ⭐ ⭐ Online Betting 1xbet скачать by 1xbet.