Jumat, 04 Desember 2015

Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Sesuai Tumbuh Kembang

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
            Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah essensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.
            Di dalam tubuh seseorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh  selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangna cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilangan cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine),ekskresi pada proses metabolisme.

Massa Tubuh Total
·         ICF = Intra cellular fluid = CIS = cairan intra selular  à 2/3 ICF
·         ECF = extra cellular fluid = CES = cairan ekstra selular à 1/3 ECF
Perempuan
Laki-Laki
45% Solids
40% Solids
55% Fluids
60% Fluids

CES : plasma
CIS :    - Cairan limfe               
            - Cairan serebrospinal 
  - Cairan synovial          
            - Aqueous humor & vitreous body
            - Endolimfe, Perilimfe
            - Cairan pleura, pericardium, peritoneum
Kompartemen Cairan
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas (Guyton & Hall, 1997)
·         Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total
Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.
·         Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total
Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira ½ cairan tubuh terkandung didalam CES. Setelah 1 tahun, volume relatif dari CES menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg).
Cairan Ekstraseluler terdiri dari :
o   Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume CIT kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.
o   Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif dari CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentransfor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah putih (leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain. Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :
–       Pengiriman nutrien (misal ; glokusa dan oksigen) ke jaringan
–       Transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
–       Pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
–       Transpor hormon ke tempat aksinya
–       Sirkulasi panas tubuh
·         Cairan Transelular (CTS)
Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh CTS meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu tertentu CTS mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :
Fungsi dan Kebutuhan Cairan Tubuh
Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia. Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan lemak (lean body mass). Tergantung jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, proporsi air ini berbeda antar orang
Distribusi dan Keseimbangan Cairan Tubuh
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula. Cairan ekstraseluler terdiri atas cairan interstisial atau intraseluler (sebagian besar) yang terdapat disel-sel dan cairan intravaskular berupa plasma darah. Semua cairan tubuh setiap waktu kehilangan dan mengalami penggantian bagian-bagiannya, namun komposisi cairan dalam tiap kompartemen dipertahankan agar selalu berada dalam keadaan homeostatik / tetap. Keseimbangan cairan di tiap komportemen menentukan volume dan tekanan darah.        Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengaturan ini penting bagi kehidupan sel, karena sel harus secara terus menerus berada didalam cairan dengan komposisi yang benar, baik cairan didalam maupun diluar sel. Mineral makro terdapat dalam bentuk ikatan garam yang larut dalam cairan tubuh. Sel-sel tubuh mengatur kemana garam harus bergerak dengan demikian menetapkan kemana cairan tubuh harus mengalir, karena cairan mengikuti garam. Kecenderungan air mengikuti garam dinamakan osmosis.  Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar. Melalui mekanisme keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan didalam tubuh setiap waktu berada dalam jumlah yang tetap/konstan. Ketidakseimbangan terjadi pada dehidrasi (kehilangan air secara berlebihan) dan intoksikasi air (kelebihan air). Konsumsi air terdiri atas air yang diminum dan yang diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme. Air yang keluar dari tubuh termasuk yang dikeluarkan sebagai urin, air didalam feses, dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru. Keseimbangan air rata-rata berupa masukan dan ekskresi dapat dilihat pada tabel berikut :
Masukan Air
Jumlah (ml)
Ekskresi /Keluaran Air
Jumlah (ml)
Cairan
550-1500
Ginjal
500-1400
Makanan
700-1000
Kulit
450-900
Air metabolik
200-300
Paru-paru
350


Feses
150
Jumlah
1450-2800

1450-2800
Air dibuang dari tubuh melalui air seni, keringat, dan penguapan air melalui alat pernapasan yaitu sebagai sarana transportasi zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh. Aktivitas tubuh akan selalu mengeluarkan cairan dalam bentuk keringat, urin, feses dan nafas. Tubuh akan kehilangan cairan sekitar 2.5 liter setiap hari. Untuk menjaga agar kondisi dan fungsi cairan tubuh tidak terganggu, kehilangan tersebut harus diganti. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan air atau kehilangan air maka akan menimbulkan dehidrasi.Dehidrasi adalah suatu keadaan kehilangan cairan sehingga mengganggu fungsi normal organ-organ tubuh. Tubuh kita dapat mengalami dehidrasi disebabkan oleh masukan air kurang atau keluaran air berlebihan.
Dehidrasi karena keluaran air berlebihan disebabkan oleh diare atau peningkatan aktivitas fisik.Pada aktivitas fisik biasa, tubuh kehilangan air sebanyak 2,5 liter per hari, sebagian besar (60%) dikeluarkan melalui air seni. Pada peningkatan aktivitas fisik, misalnya berolahraga, kehilangan air mencapai 1-2 liter per jam, sebagian besar (95%) dikeluarkan melalui keringat. Banyaknya air yang hilang tergantung pada intensitas aktivitas fisik, dan suhu dan kelembaban. Makin besar intensitas latihan, suhu dan kelembaban, akan semakin besar kehilangan air.
Rasa haus merupakan gejala awal terjadinya dehidrasi. Kehilangan air sebanyak 2% dari berat badan dapat menyebabkan peningkatan laju jatung dan suhu tubuh. Kematian dapat terjadi bila kehilangan air mencapai 9-12% berat badan. Pada dehidrasi, tubuh tidak hanya kehilangan air tetapi juga kehilangan elektrolit dan glukosa. Disamping air, dehidrasi menyebabkan kehilangan elektrolit. Kehilangan natrium dan klorida dapat mencapai 40-60 mEq/liter, sedangkan kalium dan magnesium 1,5-6 mEq/liter. Kehilangan elektrolit akan mempercepat timbulnya gejala dan gangguan fungsi organ-organ.
Dehidrasi akan mengakibatkan menurunnya volume plasma sehingga menimbulkan gangguan termoregulasi dan kerja jantung. Selanjutnya akan mempengaruhi kinerja tubuh secara keseluruhan. Dehidrasi juga menurunkan kemampuan sistem kardiovaskuler dan pengaturan suhu tubuh. Dehidrasi berat menyebabkan kerja otak terganggu sehingga cenderung mengalami halusinasi.
Rehidrasi dengan memberikan air minum biasa justru akan sangat berbahaya pada kehilangan elektrolit. Air minum biasa menyebabkan CES menjadi hipoosmolar sehingga air masuk ke CIS. Minum air biasa terus menerus semakin meningkatkan hipoosmolaritas CES dan menambah volume air yang masuk ke CIS sehingga mengakibatkan pembengkakan sel yang dapat mengakibatkan kematian. Oleh sebab itu komposisi cairan rehidrasi harus mengandung elektrolit dan glukosa dalam jumlah yang cukup untuk mengganti yang hilang.

Pengaturan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit
Jumlah berbagi jenis garam di dalam tubuh hendaknya dijaga dalam keadaan konstan. Bila terjadi kehilangan garam dari tubuh, maka harus diganti dari sumber diluar tubuh, yaitu dari makanan dan minuman. Tubuh mempunyai suatu mekanisme yang mengatur agar konsentrasi semua mineral berada dalam batas-batas normal.          
Pengaturan air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus mengatur konsentrasi garam di dalam darah, merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan hormon antidiuretika (ADH), Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
ADH dikeluarkan bilamana konsentrasi garam tubuh terlalu tinggi, atau bila volume darah atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan atau menyerap air kembali dan mengedarkannya kembali kedalam tubuh. Jadi, semakin banyak air dibutuhkan tubuh, semakin sedikit yang dikeluarkan. Bila terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah akan turun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan protein di dalam darah yang dinamakan angiotensin kedalam bentuk aktifnya angiotensin. Angiotensin akan mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah akan naik. Disamping itu angiotensin mengatur pengeluaran hormon aldosteron dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air. Akibatnya bila dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih sedikit air dikeluarkan tubuh.
Pertukaran cairan dan elektrolit:
-           Filtrasi                          - Difusi
-           Reabsorbsi                  - Osmosis
Fungsi ion dari elektrolit:
1.      Kontrol osmosis air
2.      Keseimbangan asam – basa
3.      Aliran listrik à potensial aksi (pada neuron)
4.      Kofaktor enzim
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah :
1.  Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.
2.  Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung lemak tubuh
3.  Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh
4.  Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine
5.  Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan
6.  Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari
7.  Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.

HORMON-HORMON TERKAIT  DENGAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
            Hormon yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit :
·         ADH
Fungsi : menurunkan produksi urine dengan cara meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal.
Keadaan kurang air àosmolaritas darah meningkat à kelenjar hipofisis merespon dengan melepaskan ADH à reabsorpsi tubulus ginjal meningkat à air dikembalikan ke sirkulasi darah à haluaran urine berkurang
·         Aldosteron
Merupakan suatu mineral kortikoloid yang diproduksi korteks adrenal.
            Fungsi : mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan menyebabkan tubulus ginjal mengsekresi kalium dan mengabsorbsi natrium. Akibatnya air juga diabsorbsi dan dikembalikan ke dalam darah.
·         Hormon glukokortikoid
Kelebihan hormondi dalam sirkulasi dapat menyebabkan tubuhmenahan natrium dan air yang dikenalsebagai sindrom cushing. Biasanya orang-orang yang meminum obat steroid akan menahan natrium dan air

KESEIMBANGAN ASAM BASA
            Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh.
Keseimbangan asambasa dalam tubuh ini meyangkut gas CO2 , asam non karbonat dan basa.      Adapun pengaturan keseimbangan derajat keasaman tubuh dilakukan dengan tiga mekanisme:
1.      Sistem buffer
2.      Ekshalasi CO2
3.      Ekskresi H+ via ginjal

ü  pH darah normal 7,35 – 7,45
ü  Asidosis = asidema à kadar pH darah <7,35
Alkalemia = alkalosis à kadar pH darah >7,45
ü  Kadar pH darah <6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh
Ketidakseimbangan asam basa
-          Asidosis: Depresi sistem saraf pusat, koma, mati
-           Alkalosis: Eksitabilitas saraf meningkat, spasme otot, kejang, mati
-           Kompensasi: sempurna/ parsial
-           pH berubah (metabolik) à kompensasi respiratorik (jam)
-           pH berubah (respiratorik) à kompensasi renal (berhari-hari)
-           Asidosis/ alkalosis respiratorik à pCO2
-           Asidosis/ alkalosis metabolik à HCO3-
·         Asidosis respiratorik
-                      Tejadi karena kegagalan sistem pernapasan mengeluarkan CO2 dengan meningkatkan CO2 maka konsentrasi H+ dan pH menurun
-                   CO2 exhalation  à pH
-                   Emphysema, edema paru, obstruksi jalan nafas, gangguan otot respirasi, kerusakan pusat respirasi di medulla oblongata.
-                   Kompensasi oleh ginjal: - Ekskresi oleh H+  
                                                   - Reabsorbsi HCO3-
- Terapi ventilasi, HCO3- intra vena
·         Alkalosis respiratorik
-                      Terjadi padagangguan sistem respirasi mengeluarkan CO2 yang berlebihan sebagai upaya untuk mengurangi hipoxia. Konsekuensi penurunan CO2 dibawah minimal menyebakan konsentrasi ion H+ berkurang sehingga meningkatkan pH  dara.
-                      pCO2 < 35 mmHg
-                       Hiperventilasi, defisiensi O2 (ketinggian), rangsangan pada area inspirasi batang otak, penyakit paru, stroke, cemas
-                       Kompensasi renal: - Ekskresi H+
                                            - Reabsorbsi HCO3-
·         Asidosis metabolik
-  menurunnya pH dan HCO3. Hal ini disebkanoleh tertahannya H+ dan hilangnya HCO3.
- HCO3- < 22 mEq/ L
-                       Diare, disfungsi renal, ketosis, kegagalan ginjal mengeluarkan H (protein)
-                       Terapi: hiperventilasi (kompensasi respiratorik), NaHCO3 intra vena
·         Alkalosis metabolik
-                      Ditandai dengan naiknya pH dan naiknya konsentrasi HCO3 dalam plasma
-                      HCO3-  > 26 mEq/ L
-                       Vomitus, gastric suctioning, diuretik, penyakit-penyakit endokrin, obat alkalin (antasida), dehidrasi
-                       Terapi: hipoventilasi, cairan koreksi defisiensi Cl-, K+
Usia & Keseimbangan Cairan/ Asam - Basa

Bayi
Dewasa
Proporsi air

75% - 90%
CES > CIS (2x)

55% - 60%
CIS > CES (2x)

Rate input – output

7x >


Metabolic rate

2x >


Perkembangan ginjal

Bayi ½ x efisiensi dewasa

Bayi ½ x efisiensi dewasa

Rasio luas permukaan : volume
3x >


Frequensi nafas
Konsentrasi ion

30 – 80x/ menit


Konsentrasi ion

K+, Cl- >



TANDA DAN GEJALA GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Tanda dan gejala umum defisit cairan dan elektrolit, adalah :
Ø      Turgor jelek (kembali lebih dari 5 detik)
Ø      Kulit dan selaput lendir jelek
Ø      Berat badan menurun
Ø      Output urine menurun akibat produksi urine menurun
Ø      Rasa lemah serta lemas
Ø      Gemetar dan pucat
Ø      Taclicardi dan dyspnca
Ø      Eritrosit dan Hb serta Hematrokit meningkat
Ø      Ubun-ubun cekung
Ø      Pada keadaan yang lebih buruk terjadi shok hypavole
Tanda dan gejala yang khas pada keadaan defisit cairan dan elektrolit adalah :
Ø      Turgor jelek (kembali lebih dari 5 detik)
Ø      Kulit dan selaput lender jelek.
Ø      Berat badan menurun
Ø      Output urine menurun akibat produksi urine menurun
Ø      Rasa lemah serta lemas
Ø      Gemetar dan pucat
Ø      Tachicardi dan dysprea
Ø      Eritrosit dan hemoglobin serta hermatokrit meningkat
Ø      Ubun-ubun cekung
Ø      Pada keadaan yang lebih buruk terjadi shok hypouole.
Tanda dan gejala yang khas pada keadaan defisit cairan dan elektrolit adalah:
Ø      Kalium
Ø      Hypokolemia :      Mual, muntah, aritmia, kembung dan otot yang lembek dan kendor.
Ø      Hyperkolemia   :  Mual, kejang perut, oligerta, takikardi dan akhirnya bradikardi lemas dan
Natrium
Hyponatremia       : Kejang, mual dan muntah.
Hypernatremia      : Kulit terasa panas temperature tubuh dan tekanan darah meningkat,lidah kering dan kasar.
Kalsium
Hypokalsemia       :  Rasacemas, iritabilitas dan tetani (kedutan sekitar mulut, kesemutan dan boal pada jari-jari spasme kompo peda, kontraksi spasmudik spasme laring dan kejang.
Hyperkalsemia      :  otot-otot yang kendor, nyeri sekitar daerah yang bertuang dan terjadinya batu ginjal dengan komposisi kalsium.
1.      Gangguan keseimbangan  cairan
a.       Dehidrasi
b.      Syok hipovolemik
2.      Gangguan keseimbangan elektrolit
a.      Hiponatremia
Definisi : kadar NA+ serum dibawah normal (<135 mEq/L)
Causa : CHF,gangguan ginjal dan sindroma nefrotik,hipotiroid,penyakit addison.
Tanda dan Gejala :
1.)    Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual,muntah , sakit kepala dan kram otot.
2.)    Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam , bisa terjadi sakit kepala hebn koma,letargi,kejang,disorientasi dan koma.
3.)    Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung,penyakit adddison)
4.)    Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan,mungkin ada tanda-tand asyok seperti hipotensi dan takikardi.
b.      Hipernatremia
Definisi : Na+ serum diatas normal (>145 mEq/L)
Causa : kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi direutik,diuresis osmotik,diabetes insipidus,sekrosis tubulus akut,uropati,pasca obstruksi,nefropati hiperkalsemik atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala :
Iritabilitas otot,bingung,ataksia,tremor,kejang,dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia.
c.       Hipokalemia
Definisi : kadar K+serum (<3,5 mEq/L)
Etiologi :
1.)    Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah,sedot nasogastrik,diare,sindrom malabsorpsi,penyalgunaan pencahar)
2.)    Diuretik
3.)    Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
4.)    Ekskresi berlebihan melalui ginjal
5.)    Maldistribusi K+
6.)    Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala :
Lemah ( terutama otot-otot proksimal) ,mungkin arefleksia,hipotensi ortostatik,penurunan mortilitas pencernaan yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel,reentry phenomena,dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar,gelombang U dan depresi segmen ST.
d.      Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum diatas normal (>5,5 mEq/L)
Etiologi :
1.)    Ekskresi renal tidak adekuat ; misalnyapada gagal ginjal akut dan kronik ,diuretik hemat kalium,penghambat ACE.
2.)    Beban kalium nekrosis sel yang masif yang disebkan trauma (cush injuries) ,pembedahan mayor,luka bakar,emboli arteri akut, hemolisis,perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam,transfusi darahdan penisilindosis tinggi juga harus dipikirkan.
3.)     Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
4.)       Insufisiensi adrenal
5.)    Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama
6.)    6)      Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala :
Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.

PROSES KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ,ELEKTROLIT DAN ASAM BASA
1.  Terapi cairan
Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur dalam batas-batas fisiologis.
Indikasinya antara lain:
a.       Kehilangan cairan tubuh akut
b.       Kehilangan darah
c.       Anoreksia
d.      Kelainan saluran cerna
Tujuan pemberian terapi cairan dijabarkan sebagai berikut :



 Teknik Pemberian
Prioritas utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang adalah melalui rute enteral / fisiologis misalnya minum atau melalui NGT. Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah cubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki dalam atau kepala. Pemberian terapi cairan pada bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena umbilikalis.
Penggunaan jarum anti-karat atau kateter plastik anti trombogenik pada vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih dari 3 hari sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis, vena cubiti, vena subclavia, vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin dengan atrium kanan atau di vena cava inferior atau superior.
2.  Teapi Elektrolit
a.   Hiponatremia
1)      Atasi penyakit dasar
2)      Hentikan setiap obat yang ikut menyebabkan hiponatremia
3)      Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama secara perlahan-lahan, sedangkan hiponatremia akut lebih agresif. Hindari koreksi berlebihan karena dapat menyebabkan central pontine myelinolysis
4)      Jangan naikkan Na serum lebih cepat dari 12 mEq/L dalam 24 jam pada pasien asimptomatik. Jika pasien simptomatik, bisa tingkatkan sebesar 1 sampai 1,5 mEq/L/jam sampai gejala mereda. Untuk menaikkan jumlah Na yang dibutuhkan untuk menaikkan Na serum sampai 125 mEq/L digunakan rumus:
Jumlah Na (mEq) = [125 mEq/L – Na serum aktual (mEq/L)] x TBW (dalam liter)
TBW (Total Body Water) = 0,6 x BB (dalam kg)
5)      Larutan pengganti bisa berupa NaCl 3% atau 5% (masing-masing mengandung 0,51 mEq/ml dan 0,86 mEq/ml)
6)      Pada pasien dengan ekspansi cairan ekstrasel, mungkin dperlukan diuretic
7)      Hiponatremia bisa dikoreksi dengan NaCl hipertonik (3%) dengan kecepatan kira-kira 1 mL/kg per jam.
b.   Hipernatremia
1)      Hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi dengan pemberian normal saline sampai hemodinamik stabil. Selanjutnya defisit air bisa dikoreksi dengan Dekstrosa 5% atau NaCl hipotonik.
2)      Hipernatremia dengan kelebihan volume diatasi dengan diuresis, atau jika perlu dengan dialisis. Kemudian Dekstrosa 5% diberikan untuk mengganti defisit air. Defisit air tubuh ditaksir sbb:
Defisit = air tubuh (TBW) yang dikehendaki (liter) – air tubuh skrg
Air tubuh yg dikehendaki = (Na serum yg diukur) x (air tubuh skrg/Na serum normal)
Air tubuh sekarang = 0,6 x BB sekarang (kg)
Separuh dari defisit air yang dihitung harus diberikan dalam 24 jam pertama, dan sisa defisit dikoreksi dalam 1 atau 2 hari untuk menghindari edema serebral.
c.         Hipokalemia
1)      Defisit kalium sukar atau tidak mungkin dikoreksi jika ada hipomagnesia. Ini sering terjadi pada penggunaan diuretik boros kalium. Magnesium harus diganti jika kadar serum rendah.
2)      Terapi oral. Suplementasi K+ (20 mEq KCl) harus diberikan pada awal terapi diuretik. Cek ulang kadar K+ 2 sampai 4 minggu setelah suplementasi dimulai.
3)      Terapi intravena harus digunakan untuk hipokalemia berat dan pada pasien yang tidak tahan dengan suplementasi oral. Dengan kecepatan pemberian sbb:
Jika kadar K+ serum > 2,4 mEq/L dan tidak ada kelainan EKG, K+ bisa diberikan dengan kecepatan 0 sampai 20 mEq/jam dengan pemberian maksimum 200 mEq per hari.
4)  Pada anak 0,5-1 mEq/kgBB/dosis dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa.
d.  Hiperkalemia
1)      Pemantauan EKG kontinyu dianjurkan jika ada kelainan EKG atau jika kalium serum > 7 mEq/L
2)      Kalsium glukonat dapat diberikan iv sebagai 10 ml larutan 10% selama 10 menit untuk menstabilkan myocard dan sistem konduksi jantung
3)      Natrium bikarbonat membuat darah menjadi alkali dan menyebabkan kalium berpindah dari ekstra ke intraseluler. Bic nat diberikan sebanyak 40 sampai 150 mEq NaHCO3 iv selama 30 menit atau sebagai bolus iv pada kedaruratan
4)      Insulin menyebabkan perpindahan kalium dari cairan ekstraseluler ke intraseluler. 5 sampai 10 unit regular insulin sebaiknya diberikan dengan 1 ampul glukosa 50% iv selama 5 menit
5)      Dialisis mungkin dibutuhkan pada kasus hiperkalemia berat dan refrakter
6)      Pembatasan kalium diindikasikan pada stadium lanjut gagal ginjal (GFR < 15 ml/menit)
e.       Penanganan Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1)      Mengembalikan nilai PH pada keadaan normal
2)      Koreksi keadaan asidosis repiratorik: Naiknya ventilasi dan mengoreksi penyebab
3)      Koreksi keadaan alkalosis respiratorik: turunnya ventilasi dan terapi penyebab
4)      Koreksi keadaan asidosis metabolik:
a.       Pemberian Bicarbonat IV/ oral
b.      Terapi penyebab
c.       Koreksi keadaan alkalosis metabolik dengan cara: memberi KCl dan mengobati penyebab
 
 
MENGHITUNG KEBUTUHAN CAIRAN

Menghitung Kebuthan Cairan
·         Menghtung Balance Cairan
          TPM = Total Vol infuse (cc) x Factor Tetesan
                     Lama waktu penginfusan(menit )
        Factor tetesan
        Makro  1 cc = 60 tetes
        Mikro 1 cc = 15 tetes atau 1 cc = 20 tetes
·         Menghitung Jumlah Tetesan infus
          TPM= Volume cairan infus x faktor tetes normal
                          Lama pemberian x 60
·         Menghitung lama pemberian infus
          LP =  Volume cairan infus x faktor tetes normal
                             Order tetesan x 60
·         Menghitung cairan yang diberikan pada pasien luka bakar
          Dewasa= RL 4 ml x BB x % LB
        Anak = RL 2 ml x BB x % LB
        8 jam First and 16 jam continued
Kebutuhan Cairan anak sesuai BB

100ml untuk kg pertama
50ml untuk kg kedua
25ml untuk kg selanjutnya
Exc,Hitung kebutuhan cairan anak jika BB  26 kg
Keb.Cairan : (10x100)+(10x50)+(6x25)  
                   : 1000+500+150
                   : 1650 ml
Rumus Hitung Cairan
Tetesan/menit = keb.cairan (cc) x tetesan dasar
                               Waktu                60(dtk)
Kebutuhan Cairan (cc) x 1/3 makro 1/1 mikro
Waktu/jam
·         Kebutuhan cairan untuk Dehidrasi pd bayi Diare
  BB x (D+M+C) cc
        Dehidrasi (D) Ringan =5o cc, Sedang =80 cc, Berat =100 cc
        Maintenance (M): Neonatus=140-120cc, 0-1 Th=120-100cc, 1-2 Th=100-90cc
        2-4 Th = 90-80cc, 4-8 Th=80-70cc, 8-12 Th=70-60cc, >12 Th=60-50cc
        Concimetten Loss: Muntah=25cc,  BAB=25cc,  Muntah+BAB =30cc
·         Pemberian Infus pada Neonatus
        Jumlah cairan = Keb. Cairan x BB
        Keb. Cairan NaCl 3 % =2-4 Meq/KgBB        1 Meq = 2 cc
                         KCl 3,75 % = 1-3 Meq/KgBB     1 Meq = 2 cc
                         Bicnat 7,5 % = 2-4 Meq/KgBB   1 Meq = 1 cc
                         Dextrose 10 % = jumlah selebihnya

 



1 komentar:

  1. 1xbet korean sports - legalbet.co.kr
    1xbet korean sports | ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐ ⭐⭐ ⭐ ⭐⭐ ⭐ ⭐ ⭐ Online Betting 1xbet скачать by 1xbet.

    BalasHapus