ANATOMI DAN
FISIOLOGI FISIOLOGI SISTEM URINARIA
n Adalah sistem
organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter,
dan uretra.
n Adalah
Suatu sistem dimana terjadi proses penyaringan darah sehingga darah terbebas
dari zat zat yang tidak diperlukan.
Bagian-bagian
Sistem Urinaria :
1.
Ginjal
2.
Ureter
3.
Vesika Urinaria
4.
Uretra
1.
Ginjal
Tampilan :
·
Berbentuk
seperti kacang
·
Berwarna merah tua
·
Sisi
cekung menghadap medial
·
Panjang
± 12,5 cm, tebal 2,5 cm (±sebesar kepalan tangan)
·
Berat
125 g - 175 g (pria dewasa : 150-170 g, wanita dewasa : 115-155 g
Letak :
·
Rongga
peritoneal, sebelah kanan dan kiri kolumna vertebralis di kelilingi lemak dan
jaringan ikat
·
Pada
bagian atas terdapat kelenjar suprarenal
·
Ginjal
kanan terletak agak di bawah dibandingkan ginjal kiri karena ada hati pada sisi
kanan.
·
Batas
atas ginjal kiri setinggi iga ke-11 dan ginjal kanan setinggi iga ke-12 dan
batas bawah ginjal kiri setinggi vertebrae lumbalis ke-3
Struktur
Internal Ginjal:
·
Hilus
renalis, tingkat kecekungan tepi medial ginjal sbg tempat struktur2 pembuluh
darah, sistem limfatik, saraf, ureter menuju & meninggalkan ginjal.
·
Sinus
renalis, rongga berisi lemak yg membuka pd hilus, sbg jln masuk & keluar
ureter, vena, dan arteri renalis, saraf & limfatik.
·
Pelvis
renalis, perluasan ujung proksimal ureter
·
Parenkim
renalis, jaringan ginjal yg menyelubungi struktur ginjal. Terbagi atas medula
& korteks.
◦
1. medula : terdiri dr massa trianguler yg disebut PIRAMIDA GINJAL.
◦
2. korteks : tersusun dr tubulus & pembuluh darah nefron yg merupakan unit
struktural& fungsional ginjal.
·
Lobus
renalis, tiap lobus terdiri atas 1 piramida
Struktur
Mikroskopis Ginjal
·
Satuan fungsional ginjal disebut nefron
·
Jumlah nefron 1,3 juta tiap ginjal
·
Tiap nefron memiliki 1 komponen vaskuler
(kapilar) dan 1 komponen tubular
·
Nefron
terdiri dari :
◦ Glomerulus, t4 pertama filtrasi
◦ Tubulus panjang, terdiri dari:
1. tubulus proksimali
2. loop of henle
3. tubulus distalis
4. tubulus koligentes
2.
Ureter
·
Organ
berbentuk tabung kecil untuk mengalirkan urine dari ginjal ke dalam vesika
urinaria
·
Perpanjangan tubular berpasangan dan berotot
dari pelvis renalis yang merentang sampai vesika urinaria
·
Tiap ureter panjangnya ± 25-30 cm, diameter
4-6 mm
·
Dindingnya
Terdiri atas 3 lapisan jaringan. Lapisan fibrosa (luar), muskularis
longitudinal dan otot polos sirkuler (bagian tengah), epitelium mukosa (bag
dalam).
·
Lapisan
otot memiliki aktivitas peristatik. Gelombang peristaltik mngalirkan urine dari
kandung kemih keluar tubuh.
·
setiap
ureter akan masuk ke kandung kemih melalui sfingter.
·
sfingter
adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih
bisa lewat) dan menutup.
·
air kemih yang secara teratur mengalir akan
terkumpul di dalam kandung kemih
3.
Vesika Urinaria
1. Organ muskular berongga yg berfungsi
sbg kontainer penyimpan/Menampung urine sementara
2. Kapasitas maksimal 300-450 ml.
3. Lokasi : pd laki2 terletak tepat di
belakang simphisis pubis dan di depan rektal. Pada perempuan, terletak agak di
bawah uterus di depan vagina
4. Jika penuh mampu mencapai umbilikus
di rongga abdominopelvis
Struktur :
a. dinding (4 lapisan) :
1. serosa (lap luar), perpanjangan lap
peritoneal rongga abdominopelvis
2. otot detrusor (lap tengah)
3. submukosa
4. mukosa (lap terdalam), saat
kemih relaks, mukosa pipih. Mengembang ketika Urin terkumpul. b . Trigonum . area halus, rianguler, sudutnya
terbentuk dr 3 lubang.
4. Uretra
·
Pada
pria, uretra membawa cairan semen dan urine. Panjang sekitar 20 cm, melalui
kelenjar prostat dan penis.
·
Uretra prostatik, dikelilingi oleh kel
prostat. Menerima 2 duktus ejakulator yang terbentuk dari penyatuan duktus
deferens dan duktus kel vesikel seminal.
·
Uretra
membranosa, bag terpendek (1 cm-2cm). Dikelilingi sfingter uretra eksterna.
·
Uretra kavernosa (berspons), bag terpanjang.
Menerima duktus kelenjar bulbouretra dan merentang sampai orifisium uretra
eksterna pd ujung penis.
·
Pada
wanita, ukuran pendek (3,75 cm), membuka keluar tubuh mll orifisium uretra
eksterna yg terletak antara klitoris dan mulut vagina.
·
wanita
lebih berisiko terjadinya infeksi kandung kemih (sistitis) dan infeksi saluran
kemih (ISK)
ANATOMI
FISIOLOGI KULIT
Kulit merupakan
organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan proteksi terhadap organ-organ
yang terdapat dibawahnya dan membangun sebuah barrier yang memisahkan
organ-organ internal dengan lingkungan luar dan turut berpartisipasi dalam
banyak fungsi tubuh yang vital.
•Luas kulit orang dewasa 1,5 -2 m2 dengan berat
kira-kira 15 % dari berat badan manusia •Tebal bervariasi antara ½ - 3 mm.
•Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif bervariasi pada keadaan iklim,
umur, sex, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh
Kulit dapat bergerak dan meregang tergantung pada :
•Tebal kulit
•Jumlah lipatan kulit
•Elastisitas kulit
•Perlekatan kulit dengan jaringan dibawahnya
•Umur individu.
Lapisan Kulit
•Epidermis
•Dermis
•Jaringan subcutan.
1.
Epidermis
Terdiri dari 5 lapisan (stratum) berturut-turut dari
atas ke bawah :
•Stratum corneum
•Stratum lucidum
•Stratum garanulosum
•Stratum spinosum/ spongiosum
•Stratum basale
Stratum Corneum
•Lapisan paling luar terdiri dari sel-sel gepeng dan
tidak berinti lagi, sudah mati dan protoplasmanya telah berubah menjadi
keratin.
•Makin keatas makin halus dan lama-lama terlepas dari
kulit berupa sisik-sisik yang sangat halus.
•Diperkirakan, tubuh melepaskan 50-60 milyar
keratinosit (korneosit) setiap hari
Stratum Lucidum
•Hanya terdapat pada kulit yang tebal.
•Mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel-selnya
sejenis dengan sel-sel yang berada di stratum corneum.
Stratum Granulosum
•Terdiri dari tiga sampai empat lapisan atau
keratocytes yang dipipihkan.
•Keratocytes ini berperan besar terhadap susunan
keratin di dalam lapisan atas epidermis.
Stratum Spinosum
•Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk
poligonal yang besarnya berbeda-beda, karena adanya proses mitosis.
•Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung
glikogen dan inti terletak ditengah-tengah.
mengaktifkan
sistem imunà •Diantara sel spinosum terdapat sel langerhans
Stratum Basale
•Lapisan terdalam epidermis
melanin, sel
warna untuk kulit (pigmen).Ã •10-20 % sel di
stratum basale adalah melanocytes
•Butiran melanin berkumpul pada permukaan setiap
keratinocytes.
2.
Dermis
•Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan
memberikan kekuatan dan struktur pada kulit. Lapisan ini tersusun dari dua
lapisan yaitu :
–Lapisan papillaris yaitu bagian yang menonjol ke
epidermis merupakan jaringan fibrous tersusun longgar yang berisi ujung serabut
saraf dan pembuluh darah.
–Lapisan retikularis yaitu bagian di bawah lapisan
papilaris yang menonjol ke arah subcutan, lebih tebal dan banyak jaringan ikat.
•Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe,
serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.
3.
Jaringan
subcutan/ Hipodermis
Merupakan
lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa
yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti
otot dan tulang. Jaringan subcutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan
faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
Adneksa Kulit
1.Kelenjar pada kulit
a. Kelenjar Sebasea
–Kelenjar sebasea, berkaitan dengan folikel rambut,
ductus kelenjar sebasea akan mengosongkan sekret minyaknya ke dalam ruangan
antara folikel rambut dan batang rambut
–untuk setiap lembar rambut terdapat sebuah kelenjar
sebasea yang sekretnya akan melumasi rambut dan membuat rambut menjadi lunak
serta lentur
b. Kelenjar keringat
–Ditemukan pada kulit sebagian besar permukaan tubuh.
Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis,
bagian tepi bibir (margo labium oris), telinga luar dan dasar kuku yang tidak
mengandung kelenjar keringat
Kelenjar Keringat diklasifikasikan menjadi 2 :
· Kelenjar
ekrin
- Ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran keluarnya bermuara langsung ke
permukaan kulit. Keringat dikeluarkan dari kelenjar ekrin sebagai reaksi
terhadap kenaikan suhu sekitarnya dan kenaikan suhu tubuh.
· Kelenjar
apokrin
–Kelenjar apokrin terdapat di daerah aksila, anus,
skrotum dan labia mayora. Kelenjar apokrin menjadi aktif pada pubertas.
Kelenjar ini memproduksi keringat yang keruh dan diuraikan oleh bakteri
sehingga menghasilkan bau yang khas.
2.Rambut
–Rambut terdiri atas akar rambut yang terbentuk dari
dermis dan batang rambut yang menjulur keluar dari dalam kulit. Rambut tumbuh
dalam sebuah rongga yang dinamakan folikel rambut. Proliferasi sel-sel dalam
bulbus pili menyebabkan pembentukan rambut.
–Folikel rambut akan mengalami siklus pertumbuhan dan
istirahat. Kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi, pertumbuhan rambut janggut
berlangsung paling cepat dan kecepatan pertumbuhan ini diikuti oleh rambut pada
kulit kepala, aksila serta alis mata. Pada kulit kepala pertumbuhan rambut
biasanya 3 mm perhari.
–Fase pertumbuhan (anagen) dapat berlangsung sampai
selama 6 tahun untuk rambut kulit kepala, sementara fase istirahat (telogen)
kurang lebih selama 4 bulan.
–Selama fase telogen, rambut akan rontok dari tubuh.
3. Kuku
–Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum
corneum) yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar
kuku (nailroot), bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung
jari disebut badan kuku (nailplate) dan yang paling ujung adalah bagian kuku
yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira
1 (satu) mm perminggu.
Fungsi Kulit
•Perlindungan (proteksi)
–Kulit melindungi tubuh dari segala pengaruh luar,
misalnya bahan kimia, mekanis, bakteriologis dan lingkungan sekitarnya yang
senantiasa berubah-ubah. Fungsi proteksi ini terutama dilakukan oleh stratum
corneum, dalam hal ini juga dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya
lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai
pelindung terhadap gangguan fisis
•Sensibilitas/fungsi sensori
–Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit
memungkinkan tubuh untuk memantau secara terus menerus keadaan lingkungan
disekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu,
rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan. Berbagai ujung saraf bertanggung
jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda.
•Ujung reseptor saraf berupa mekanoreseptor yaitu sel
Merkel di epidermis, korpuskulus Meissner’s di stratum papillare, dan
korpuskulus paccinian di jaringan subkutan serta ujung serabut saraf bebas (free
nerve endings (nyeri, tekanan dan reseptor temperatur).
–Korpus Meisner’s: reseptor yang terdapat pada kulit
tidak berambut (banyak diujung jari dan bibir) untuk mendeteksi objek yang
sangat ringan dan vibrasi dengan frekuensi rendah.
–Sel Merkel terdapat didaerah dimana terdapat korpus
Meisner’s berfungsi untuk melokalisasi sensasi raba pada daerah permukaan tubuh
dan menentukan teksture benda yang dipegang.
–Korpus Paccini berperan penting untuk mendeteksi
vibrasi
•Keseimbangan air
–Stratum corneum memiliki kemampuan untuk menyerap air
dan dengan demikian akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang
berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam
jaringan subkutan. Bila kulit mengalami kerusakan misalnya pada luka bakar,
cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar dapat hilang dengan cepat.
•Pengaturan suhu (thermoregulator)
–Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas
sebagai hasil metabolisme makanan yang memproduksi energi. Panas ini akan
hilang terutama lewat kulit.
•Fungsi komunikasi oleh ekspresi respon otonom.
•Produksi vitamin
–Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah
substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D (kolekalsiferol).
•Fungsi respons immun
–Beberapa sel dermal (sel langerhans, interleukin-1
yang memproduksi keratinosit dan sub kelompok limfosit T) merupakan komponen
penting dalam sistem immun
Sistem immun lokal
•SALT (skin associated lymphatic tissue)
•MALT (mucosa associated lymphatic tissue)
PROSES ELIMINASI SISA METABOLISME
Eliminasi
sisa metabolisme merupakan pembuangan sampah dari proses metabolisme tubuh.
Beberapa jenis sampah metabolisme yang dibuang oleh tubuh antara lain, air, CO2, urea, dan lain-lain. Sistem tubuh yang berperan dalam
proses pembuangan tersebut yaitu, sistem pernapasan, integumen, hepar,
endokrin, dan renal. Apabila sistem yang terlibat dalam eliminasi terganggu,
maka terjadi perubahan pola eliminasi.
1.
Sistem pernapasan
sistem pernapasan atau
respirasi adalah suatu peristiwa inspirasi (menghirup udara O2) dan ekspirasi (menghembuskan CO2). Menurut Syaifuddin (2011:382), sistem respirasi
berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru. Sementara itu menurut
Guyton & Hall (2007:37), tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan dan membuang karbondioksida. Untuk mencapai tujuan ini,
pernapasan dibagi menjadi empat fungsi utama : (1) ventilasi paru, (2) difusi
oksigen dan karbondioksida, (3) pengangkutan oksigen dan karbondioksida, dan
(4) pengaturan ventilasi.
Sistem
pernapasan berperan dalam pembuangan karbondioksida dan air. Pembuangan ini
juga dipengaruhi oleh fungsi kardiovaskuler. Misalnya,pada seseorang yang
mempunyai gangguan pompa jantung kiri di mana kemampuan jantung untuk menerima
pengembalian darah yang berasal dari paru-paru mengalami hambatan. Hal tersebut
menyebabkan tekanan hidrostatik paru-paru akan naik dan cairan keluar ke
intersitial jaringan paru-paru. Akibatnya terjadilah edema paru-paru. Kondisi
ini akan mengganggu proses difusi dan compliance paru-paru,sehingga terjadilah
gangguan eliminasi CO2 (Asmadi,
2008:91).
2.
Sistem Integumen
(Kelenjar Keringat)
Sistem integumen mencakup kulit
pembungkus permukaan tubuh dan jaringan aksesoris lainnya, termasuk kuku,
rambut,dan kelenjar. Syaifuddin (2011:48) mengatakan bahwa kulit
berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga lubang masuk. Pada
permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.
Kelenjar keringat merupakan kelenjar
tubular bergelung tidak bercabang, terdapat pada seluruh kulit kecuali pada
dasar kuku, batas bibir, gland penis, dan gendang telinga. Kelenjar ini paling
banyak terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Terdapat dua macam
kelenjar keringat,yaitu : Kelenjar keringat ekrin yang tersebar di seluruh
kulit tubuh kecuali kulup penis, bagian dalam telinga luar,telapak tangan,
telapak kaki, dan dahi; kelenjar keringat apokrin merupakan kelenjar keringat
yang besar hanya dapat ditemukan pada ketiak, kulit puting susu, kulit sekitar
alat kelamin, dan dubur (Syaifuddin, 2011:57). Sedangkan, dalam kamus saku
kedokteran Dorland (2012:476), sweat gland (Kelenjar keringat)
merupakan kelenjar yang menyekresikan keringat,dijumpai pada lapisan
dermis atau subkutan, salurannya bermuara dipermukaan tubuh.
Keringat yang dihasilkan ini berasal
dari isi pembuluh darah yang berada di sekitar kelenjar keringat tersebut.
Keringat ini mengandung air,garam,urea,asam urat,dan sisa metabolisme lainnya.
Pengeluaran keringat ini dipengaruhi oleh temperatur. Di mana peningkatan
temperatur akan menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sel dan kemudian
akan meningkatkan pembentukan keringat. Selain itu,pengeluaran keringat juga
dipengaruhi oleh hipotalamus melalui sistem saraf otonom yang
mengaktifkan saraf simpatis,sehingga kelenjar keringat
pun menjadi lebih aktif (Asmadi, 2008 : 91).
3. Sistem Hepar
Hati (hepar) merupakan kelenjar aksesori
terbesar dalam tubuh, berwarna cokelat, dan beratnya 1000-1800 gram. Hati
terletak di dalam rongga perut sebelah kanan atas di bawah diafragma
(Syaifuddin, 2011:546).
Hepar
(Liver) merupakan kelenjar besar berwarna merah gelap pada bagian atas perut
sebelah kanan, tepat di bawah diafragma. Fungsinya antara lain sebagai tempat
penyimpanan dan filtrasi darah, sekresi empedu, konvensi gula menjadi glikogen,
dan banyak aktivitas metabolik lainnya (Kamus Saku Kedokteran Dorland,
2012:632).
4. Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah suatu sistem yang
bekerja dengan perantaraan zat-zat kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar
endokrin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar buntu (sekresi interna)
yang mengirim hasil sekresinya langsung masuk ke dalam darah dan cairan limfe,
beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus (saluran) (Syaifuddin,
2011:248). Hasil sekresi kelenjar tersebut dinamakan hormon endokrin.
Hormon endokrin di bawa oleh sistem
sirkulasi ke seldi seluruh tubuh, yang meliputi sistem saraf pada beberapa
keadaaan tempat hormon tersebut berikatan dengan reseptor dan memulai berbagai
reaksi (Guyton&Hall, 2007:951).
Sistem endokrin juga berperan dalam
eliminasi sampah metabolisme melalui pengaturan jumlah air dan natrium yang
diabsorbsi kembali oleh ginjal yang berkaitan dengan jumlah cairan tubuh.
Selain itu, sistem endokrin juga berperan dalam pengaturan final urine.
Pengaturan final urine ini diatur oleh tiga jenis hormon yaitu antidiuretik
hormon (ADH),renin,dan aldosteron.
5. Sistem Renal
Ginjal (ren) merupakan sepasang organ
berbentuk seperti kacang buncis, berwarna cokelat kemerahan, yang terdapat di
kedua sisi kolumna vetebral posterior terhadap peritoneum dan terletak pada
otot punggung bagian dalam (Potter&Perry, 2005:1679). Ginjal kanan sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena hati menduduki ruang di
bagian kanan lebih luas (Asmadi, 2008:91). Setiap ginjal mempunyai panjang
11,25 cm, lebar 5-7 cm, dan tebal 2,5 cm. Sementara itu, berat ginjal pria
dewasa 150-170 gram dan wanita 115-155 gram (Syaifuddin, 2009:286).
Sistem renal
merupakan nama lain sistem perkemihan. Menurut Syaifuddin (2009:285), sistem
perkemihan adalah suatu sistem yang di dalamnya terhadi penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Zat ini akan
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine.
Potter&Perry
(2005:1679) mengatakan eliminasi urine tergantung kepada fungsi ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra. Ginjal menyaring produk limbah dari darah untuk
membentuk urine.
Proses pembentukan urine menurut Syaifuddin (2011:463), sebagai berikut:
·
Proses Filtrasi
Pembentukan
urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang bebas protein dari
kapiler ke glomerulus dan kapsula bowman. Kebanyakan zat dalam plasma
difiltrasi secara bebas kecuali protein.
Proses filtrasi
(ultrafiltrasi) terjadi pada glomerulus. Proses ini terjadi karena permukaan
averen lebih besar dari permukaan everen sehingga terjadi penyerapan darah.
Setiap menit kira-kira 1200 ml darah, terdiri dari 450 ml sel darah dan 660 ml
plasma masuk ke dalam kapiler glomerulus.
·
Proses Absorbsi
Penyerapan
kembali sebagian besar terhadap glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan ion
bikarbonat. Proses ini terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorpsi dan terjadi pada tubulus atas. Dalam tubulus ginjal, cairan filtrasi
dipekatkan dan zat yang penting bagi tubuh direabsorpsi.
Jumlah total air
yang diabsorbsi lebih kurang 120 ml/menit, 70-80% diabsobsi oleh tubulus
proksimal, disebut juga reabsorbsi air obligatori. Sisanya, 20-30% diabsorbsi
secara fakultatif dengan bantuan hormon vasopresin (ADH, hormon antidiuretik)
di tubulus distal. Sebagian kecil sisanya diabsorbsi pada duktus koligen yaitu
saluran tempat bermuaranya tubulus distal.
·
Proses Sekresi
Tubulus ginjal
dapat mensekresi atau menambah zat-zat ke dalam cairan filtrasi selama
metabolisme sel-sel membentuk asam dalam jumlah besar.
Hasil
masing-masing proses pembentukan urine yaitu, urine primer (filtrat glomerulus)
pada proses filtrasi, urine sekunder pada proses absorbsi dan urine
sesungguhnya pada proses sekresi.
Menurut Asmadi (2008:93), ciri-ciri urine normal baik secara sifat maupun
fisik, antara lain:
a) Kejernihan
Urine normal
jernih/bening dan bila lama dibiarkan akan menjadi keruh.
b) Warna
Warna urine
dipengaruhi oleh diet, obat-obatan, kepekatan, dan lain-lain. Secara normal
urine berwarna kuning.
c)
Bau
Bau khas urine
bila dibiarkan terlalu lama akan berbau seperti amonia.
d) Berat Jenis
Berat jenis
urine bergantung pada jumlah zat yang terlarut dalam urine.
Eliminasi sampah metabolisme lainnya adalah eliminasi
bilirubin yang terkonjugasi yang merupakan sisa pemecahan eritrosit yang sudah
tua (Asmadi, 2008:95). Bilirubin yang terkonjugasi ini disimpan di dalam empedu
dan karena perangsangan pengeluaran kolesistokinin, bilirubin tersebut masuk ke
duodenum. Bilirubin merupakan pigmen yang memberikan warna cokelat kekuningan
pada feses (Jati, 2007:128).
PROSES ELIMINASI
SISA PENCERNAAN
Potter &
Perry (2005:1739) mengatakan bahwa eliminasi produk sisa pencernaan yang
teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan
eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan sistem
tubuh lainnya.
Organ yang
berkaitan demgam eliminasi siasa pencernaan (eliminasi sampah digestif adalah
kolon atau usus besar.Kolon merupakan bagian bawah saluran pencernaan
yang meliputi sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon
sigmoid, rektum dan anus. Panjang kolon pada orang dewasa ± 1,5 meter.
Berikut dijelaskan tentang proses pembentukan feses,
eliminasi fekal, pola defekasi, dan karakteristik feses yang dikutip dari
Asmadi (2008).
1. Proses pembentukan feses
Sekitar 750 cc
chyme masuk ke kolon dari ileum. Di kolon, chyme tersebut mengalami proses
absorbsi air, natrium, dan kloride. Absorbsi ini dibantu dengan adanya gerakan
peristaltik usus. Dari 750 cc chyme tersebut, sekitar150-200 cc mengalami proses
reabsorbsi. Chyme yang tidak diabsorbsi menjadi bentuk semisolid yang disebut
feses. Selain chyme, adanya fermentasi zat makanan yang tidak dicerna
menghasilkan gas yang dikeluarkan melalui anus setiap harinya yang dikenal
dengan istilah flatus.
2. Proses eliminasi fekal (defekasi)
Eliminasi fekal
bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi spinchter ani. Kedua faktor tersebut
dikontrol oleh sistem saraf parasimpatis. Gerakan kolon meliputi tiga gerakan
yaitu gerakan mencampur, gerakan peristaltik, dan gerakan massa kolon. Gerakan
massa kolon ini dengan cepat mendorong feses dari kolon ke rektum.
Begitu ada feses
yang sampai di rektum, maka ujung saraf sensoris yang berada pada rektum
menjadi regang dan terangsang. Kemudian impuls ini diteruskan ke medula
spinalis. Setelah itu, impuls dikirim ke korteks serebri serta sakral II dan
IV. Impuls dikirim ke korteks serebri agar indivisu menyadari keinginan buang
air besar. Impuls dikirim ke sakral II dan IV, selanjutnya dikirim ke saraf
simpatis untuk mengatur membuka sphincter ani interna. Terbukanya sphincter ani
tersebut menyebabkan banyak feses yang masuk ke dalam rektum. Kemudian terjadi
proses defekasi dengan mengendornya sphincter ani eksterna dan tekanan yang
mendesak feses bergerak oleh kontraksi otot perut dan diafragma.
3. Pola defekasi
Waktu defekasi
dan jumlah feses bersifat individual. Orang dalam keadaan normal,
frekuensi buang air besar 1 kali sehari. Pola defekasi individu juga bergantung
pada bowel training yang dilakukan pada masa kanak-kanak.
Umumnya, jumlah
feses bergantung pada jumlah intake makanan. Namun, secara khusus, jumlah feses
sangatlah bergantung pada kandungan serat dan cairan pada makanan yang dimakan.
4. Karakteristik feses
Karakteristik
feses pada setiap perkembangan manusia berbeda. Lihat tabel!
Tabel.1. Karakteristik Feses
Karakteristik
|
Normal
|
Abnormal
|
Warna
|
Bayi: kuning
Orang Dewasa: cokelat
|
Putih atau warna tanah liat
Hitam atau warna ter (melena)
Merah
|
Konsistensi
|
Lunak, berbentuk
|
Cair Padat
|
Frekuensi
|
Bervariasi: bayi 4-6 kali sehari (jika mengonsumsi
ASI) atau 1-3 kali sehari; orang dewasa 1 kali sehari atau 2-3 kali seminggu
|
Bayi lebih dari 6 kali sehari atau dari satu kali
setiap 1-2 hari; orang dewasa lebih dari 3 kali sehari atau kurang dari satu
kali seminggu.
|
Bentuk
|
Menyerupai diameter rektum
|
Berbentuk pensil
|
Unsur-unsur
|
Makanan tidak dicerna, bakteri mati, lemak, pigmen
empedu, sel-sel yang melapisi mukosa usus dan air
|
Darah, pus, materi asing, lendir, dan cacing
|
Faktor yang Memengaruhi Eliminasi
Ada beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi
metabolisme dan sisa pencernaan, yaitu:
1) Usia
Usia berpengaruh
pada kontrol eliminasi individu. Anak-anak masih belum mampu mengontrol buang
air besar dan buang air kecil karena siste, neuromuskulernya belum berkembang
dengan baik. Pada lansia proses eliminasi juga berubah karena terjadi
penurunan tonus otot.
2) Diet
Makanan
merupakan faktor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Makan
yang teratur sangat berpengaruh pada keteraturan defekasi. Selain itu,
terjadinya malnutrisi menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi
yang menyerang organ perkemihan maupun organ pencernaan.
3) Cairan
Intake cairan
berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine. Apabila intake cairan kurang
dan output cairan berlebihan, maka tubuh menyerap air lebih banyak dari usus
besar sehingga feses menjadi keras dan sulit keluar. Sementara itu, pada
eliminasi urine, urine menjadi berkurang dan lebih pekat.
4) Latihan Fisik
Latihan fisik
membantu seseorang untuk mempertahankan tonus otot. Hal ini sangat penting bagi
defekasi (pembuangan feses) dan miksi (pembuangan urine). Latihan fisik
juga merangsang terhadap timbulnya paristaltik.
5) Stres Psikologis
Ketika seseorang
sedang mengalami ketakutan atau kecemasan, terkadang ia mengalami diare atau
beser. Namun, ada juga yang mengalami susah buang air besar.
6) Temperatur
Jika temperatur
tubuh tinggi, maka terjadi penguapan cairan tubuh. Hal itu menyebabkan
kekurangan cairan, sehingga terjadi konstipasi dan pengeluaran urine yang
sedikit.
7) Nyeri
Nyeri
berpengaruh terhadap pola eliminasi. Seseorang yang berada dalam keadaan
nyeri sulit untuk makan, diet yang seimbang, maupun untuk melakukan latihan
fisik.
8) Obat-obatan
Beberapa obat
memiliki efek samping yang berpengaruh terhadap eliminasi. Ada obat yang
menyebabkan diare, konstipasi maupun inkontinensia (Asmadi,2008:97-98).
Pengkajian Kebutuhan Eliminasi
1) Aspek biologis
a) Usia
b) Aktivitas fisik
c) Riwayat kesehatan dan
diet
d) Penggunaan obat-obatan
e) Pemeriksaan fisik :
Eliminasi urine dan eliminasi fekal
f) Pemeriksaan
laboratorium : pemeriksaan urine (warna, kejernihan, bau dan pH) dan pemeriksaan
feses.
2) Aspek Psikologis
Stres emosional
dapat menimbulkan gangguan pada eliminasi. Stres dapat menyebabkan seseorang
terdorong untuk terus berkemih, sehingga frekuensi berkemih meningkat. Selain
itu, kecemasan yang dialami seseorang dapat membuat individu tidak mampu
berkemih sampai tuntas. Pengaruh ansietas pada eliminasi fekal dapat
meningkatkan peristaltik sehingga timbul diare (Asmadi, 2008:100).
3) Aspek Sosiokultural
Menurut Asmadi
(2008:100), adat istiadat terkait dengan eliminasi perlu dikaji, seperti posisi
berkemih bagi sebagian kultur mesti dilakukan dengan posisi berjongkok, adapula
dengan berdiri. Begitu pula dengan eliminasi fekal, ada yng buang air besar di
WC, kali, kebun dan lain-lain. Nilai-nilai masyarakat pun perlu dikaji
yang terkait dengan eliminasi.
4) Aspek Spiritual
Keyakinan
individu terkait dengan eliminasi perlu dikaji, seperti urine dan feses
diyakini sebagai sesuatu yang najis sehingga perlu dibersihkan dengan air. Ada
pula individu yang cukup membersihkannya dengan tisu. Keyakinan ini juga
berhubungan dengan praktek kultural setempat.
Metode Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Eliminasi
merupakan proses pembuangan sampah atau kotoran yang terdapat di dalam tubuh.
Kotoran ini bersifat toksin, jika tidak segera dibuang makan dapat meracuni
fubuh dan akhirnya menyebabkan kematian.Namun, tidak selamanya eliminasi
berjalan dengan lancar, terkadang mengalami hambatan baik pada eliminasi fekal
maupun urine. Gangguan atau hambatan tersebut bila tidak segera ditanggulangi
dapat mengganggu keseimbangan tubuh.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional
harus mampu mengidentifikasi gangguan yang terjadi pada eliminasi serta dapat
menanggulanginya. Oleh karena itu, perawat harus mampu melakukan beberapa tindakan
yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan eliminasi. Seperti yang dinyatakan
Asmadi (2008:101), tindakan tersebut antara lain:
a) Membantu pengeluaran
feses secara manual
b) Penggunaan pispot
atau urinal
c) Kateterisasi
(pemasangan selang kateter)
d) Irigasi kandung kemih
e) Bladder training
(latihan otot-otot vesika urinaria)
f) Melakukan
huknah (enema) (memasukkan cairan pencahar ke rektum dan kolon)
Gangguan Proses Eliminasi
Gangguan eliminasi urine
Klien yang
memiliki masalah perkemihan paling sering mengalami gangguan dalam aktivitas
berkemihnya. Gangguan ini diakibatkan oleh kerusakan fungsi kandungan kemih,
adanya obstruksi pada aliran urine yang mengalir keluar, atau ketidakmampuan
mengontrol berkemih secara volunter. Beberapa klien dapat mengalami perubahan
sementara atau permanen dalam jalur normal ekskresi urine. Klien yang menjalani
diversi urine memiliki masalah khusus karena urine keluar melalui sebuah stoma
(Potter&Perry, 2005:1686).
. Gejala Umum
pada Perubahan Perkemihan
Gejala
|
Deskripsi
|
Penyebab atau Faktor Terkait
|
Urgensi
|
Merasakan kebutuhan untuk segera berkemih
|
Penuhnya kandung kemih, iritasi atau radang kandung
kemih akibat infeksi, sphincter uretra tidak kompeten, stres psikologis.
|
Disuria
|
Merasa nyeri atau sulit berkemih
|
Peradangan kandung kemih, trauma atau inflamasi
sphincter uretra
|
Frekuensi meningkat
|
Berkemih dengan sering
|
Peningkatan asupan cairan, radang pada kandung
kemih, peningkatan tekanan pada kandung kemih (kehamilan, stres psikologis)
|
Keraguan berkemih
|
Sulit memulai berkemih
|
Pembesaran prostat, ansietas, edema uretra
|
Poliuria
|
Mengeluarkan sejumlah besar urine
|
Asupan cairan berlebihan, diabetes melitus atau
insipidus, penggunaan diuretik, diuresis pascaobstruktif
|
Oliguria
|
Pengeluaran urine menurun dibandingkan cairan yang
masuk (biasanya kurang dari 400 ml dalam 24 jam)
|
Dehidrasi, gagal ginjal, ISK, peningkatan sekresi
ADH, gagal jantung kongestif
|
Nokturia
|
Berkemih berlebihan atau sering pada malam hari
|
Asupan cairan berlebihan sebelum tidur (terutama
kopi atau alkohol), penyakit ginjal, proses penuaan
|
Dribling (urine yang menetes)
|
Kebocoran/rembesan urine walaupun ada kontrol
terhadap pengeluaran urine
|
Stres inkontinensia, overflow akibat retensi urine
|
Hematuria
|
Terdapat dalah dalam urine
|
Neoplasma pada ginjal atau kandung kemih, penyakit
glomerulus, infeksi pada ginjal atau kandung kemih, trauma pada struktur
perkemihan, diskrasia darah
|
Retensi Urine
|
Akumulasi urine di dalam kandung kemih disertai
ketidakmampuan kandung kemih untuk benar mengosongkan diri
|
Obstruksi uretra, inflamasi pada kandung kemih,
penurunan aktivitas sensorik, kandung kemih neurogenik, pembesaran prostat,
setelah tindakan anestesi, efek samping obat-obatan
|
Residu Urine
|
Volume urine tersisa setelah berkemih (volume 100 ml
atau lebih)
|
Inflamasi atau iritasi mukosa kandung kemih akibat
infeksi, kandung kemih neurogenik, pembesaran prostat, trauma atau inflamasi
uretra
|
Gangguan eliminasi sisa pencernaan
Gangguan pada eliminasi sampah digestif atau sisa
pencernaan menurut Potter & Perry (2005:1746), sebagai berikut:
a) Konstipasi
Konstipasi
merupakan gejala, bukan penyakit. Konstipasi adalah penurunan frekuensi
defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering.
Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan
konstipasi. Apabila motilitas usus halus melambat, masa feses lebih lama
terpapar pada dinding usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses
diabsorbsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk melunakkan dan melunasi
feses. Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat menimbulkan nyeri pada
rektum.
b) Impaksi
Impaksi feses
merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi. Impaksi adalah kumpulan
feses yang mengeras, mengendap di dalam rektum, yang tidak dapat diluarkan.
Pada kasus impaksi berat, massa dapay lebih jauh masuk ke dalam sigmoid. Klien
menderita kelemahan, kebingungan, atau tidak sadar adalah klien yang paling
beresiko mengalami impaksi.
Tanda impaksi
yang jelas ialah ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses selama beberapa hari
walaupun terdapat keinginan berulang untuk melakukan defekasi.
c) Diare
Diare adalah
peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan tidak
berbentuk. Diare adalah gejala gangguan yang memengaruhi proses pencernaan,
absorpsi, dan sekresi di dalam saluran GI. Isi usus terlalu cepat keluar
melalui usus halus dan kolon sehingga absorbsi cairan yang biasa tidak dapat
berlangsung. Iritasi di salam kolon dapat menyebabkan peningkatan sekresi
lendir. Akibatnya, feses menjadi lebih encer sehingga klien menjadi tidak mampu
mengontrol keinginan untuk defekasi.
d) Inkontinensia
Inkontinensia
feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari anus.
Kondisi fisik yang merupakan fungsi atau kontrol sphincter anus dapat
menyebabkan inkontinensia. Kondisi yang membuat seringnya defekasi, feses
encer, volumenya banyak, dan feses mengandung air juga mempredisposisi individu
untuk mengalami inkontinensia.
e) Flatulen
Flutulen adalah
penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri, dan kram. Dalam kondisi
normal, gas dalam usus keluar melalui mulut (bersendawa) atau melalui anus
(pengeluaran flatus). Namun, jika ada penurunan motilitas usus akibat
penggunaan opiat, agens anestesi umum, bedah abdomen, atau imobilisasi,
flatulen dapat menjadi cukup berat sehingga menyebabkan distensi abdomen dan
menimbulkan nyeri yang terasa sangat menusuk.
f) Hemoroid
Hemoroid adalah
vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan rektum. Ada dua jenis
hemoroid, yakni hemoroid internal atau hemoroid eksternal. Hemoroid eksternal
terlihat jelas ebagai penonjolan kulit, apabila lapisan vena mengeras, akan
terjadi perubahan warna menjadi keunguan. Hemoroid internal memiliki membran
mukosa di lapisan luarnya. Peningkatan tekanan vena akibat mengedn saat
defekasi, selama masa kehamilan, pada gagal jantung kongestif, dan penyakit
hati kronik dapat menyebabkan hemoroid.
HORMON-HORMON
TERKAIT ELIMINASI
1. ADH (Anti Deuretik Hormon)
Hormon ini memiliki
peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang
ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas
dan menurunkan cairan ekstrasel (Frandson,2003 )
Dibentuk dalam nucleus
supraoptik dan mengandung asam amino. Mekanisme kerja ADH adalah
meningkatkan permeabilitas duktus untuk mereabsorpsi sebagian besar air yang
disimpan dalam tubuh dan mempermudah difusi bebas air dari tubulus cairan tubuh
kemudian diabsorpsi secara osmosis.
Pengaturan produksi ADH:
bila cairan ekstraseluler menjadi terlalu pekat, maka cairan ditarik dengan
proses osmosis keluar dari sel osmoreseptor sehingga mengurangi ukuran sel dan
menimbulkan sinyal saraf dalam hipotalamus untuk menyekresi ADH tambahan.
Sebaliknya bila cairan ekstraseluler terlalu encer, air bergerak melalui
osmosis dengan arah berlawanan masuk ke dalam sel. Keadaan ini akan
menurunkan sinyal saraf unutk menurunkan sekresi ADH.
2. Mineralcorticoids
Mineralcorticoids adalah
hormon steroid glomerulosa zona disekresikan oleh korteks adrenal. Mereka
mengatur elektrolit dan keseimbangan air dalam tubuh misalnya
keringat, urin, empedu dan air liur.
3. Hormon ovarium (estrogen dan progesteron)
Disekresi oleh ovarium
akibat respons terhadap dua hormon dari kelenjar hipofisis.
a. Estrogen
Alami yang menonjol
adalah estroidal (estrogen kuat), ovarium hanya membuat estrodiol merupakan
produk degradasi (perubahan senyawa) steroid-steroid pada wanita yang tidak
hamil, selama kehamilan diproduksi oleh plasenta. Estrogen beredar
terikat pada protein plasma dan proses peningkatannya terjadi dalam hati yang
melaksanakan peran ganda dalam metabolisme estrogen.
Urine wanita hamil
benyak mengandung estrogen yang dihasilkan oleh plasenta. Mekanisme aksi
estrogen mengatur ekspresi gen tertentu dalam sel yang bekerja sebagai sasaran
b. Progesteron
metabolism progesterone
yang utama di dalam urine ialah pregnanediol (tidak aktif) dan pregnanetriol
(perubahan korteks adrenal). Senyawa ini dibuang sebagai glucuronic
(senyawa glikosid).
4. Prostaglandin
Prostagladin merupakan
asam lemak yang ada pada jaringan yang berfungsi merespons radang, pengendalian
tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal.
Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal (
Frandson, 2003) Prostaglandin adalah sekelompok zat yang menyerupai hormon,
seperti hormon mereka memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis. Michael
W. Davidson dari Florida State University: "Prostaglandin bertindak dengan
cara yang mirip dengan hormon, dengan sel target merangsang ke dalam tindakan
Namun, mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka bertindak secara lokal,
dekat situs mereka sintesis, dan mereka. dimetabolisme sangat cepat. Fitur lain
yang tidak biasa adalah bahwa prostaglandin yang sama bertindak berbeda pada
jaringan yang berbeda.
5. Glukokortikoidtid
Hormon ini berfungsi
mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah
meningkat sehingga terjadi retensi natrium( Frandson, 2003). Kelenjar
Adrenal/Suprarenal/Anak Ginjal. Kelenjar ini berbentuk bola yang menempel pada
bagian atas ginjal. Di setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal yang
terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian luar(korteks)dan bagian dalam (medula).
Salah satu hormon yang
dihasilkan yaitu hormon adrenalin yang berfungsi mengubah glikogen menjadi
glukosa. Hormon adrenalin bekerja berlawanan dengan hormon insulin. Walaupun
bekerja berlawanan tapi tujuannya sama, yaitu untuk mengatur kadar gula dalam
darah tetap stabil.
TANDA DAN GEJALA GANGGUAN ELIMINASI SISA METABOLISME DAN PENCERNAAN
Kebutuhan eliminasi terdiri atas
dua, yakni
1. Eliminasi urine (sisa
metabolisme)
2. Eliminasi fekal/alvi/bowel.kebutuhan buang air
besar (sisa pencernaan)
Kebutuhan Eliminasi Urine
Eliminasi urine = Miksi (berkemih)
Miksi
=> proses
pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Organ
yang berperan dalam sistem eliminasi urine
·
ginjal
·
Ureter
·
Vesika urinaria
·
Urethra
Masalah
Eliminasi Urine
v Retensi Urine
v Inkontinensia urine
v Enureis
v Poliuria
v Disuria
a.
Retensi Urine
Retensio
urine adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan
atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth).
Retensi urine adalah
suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya
kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna.
Etiologi
. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis
. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang
. Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika, batu kecil
dan tumor
. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat, kelainan patologi
uretra, trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
Manifestasi Klinis
- Urine mengalir lambat
- Terjadi poliuria yang makin lama makin parah
karena pengosongankandung kemih tidak efisien
- Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
- Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
- Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc.
b.
Inkontinensia urine
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai
keluarnya urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa
memperhatikan frekuensi dan jumlahnya, yang mengakibatkan masalah sosial dan
higienis penderitanya
Merupakan ketidakmampuan otot spinkter
eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol eksresi urin
Etiologi
. Kelainan
urologik; misalnya radang, batu, tumor, divertikel.
. Kelainan
neurologik; misalnya stroke, trauma pada medulla spinalis, demensia dan
lain-lain.
. Lain-lain;
misalnya hambatan motilitas, situasi tempat berkemih yang tidak memadai/jauh,
dan sebagainya.
. Penyebab lainnya: proses penuaan
(aging prosess), pembesaran kelenjar prostat, serta
penurunan kesadaran serta penggunaan obat narkotik.
c.
Enuresis
- Sering terjadi pada anak-anak
- Umumnya terjadi pada malam hari — nocturnal enuresis
- Dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
Penyebab
. Kapasitas kandung kemih lebih besar dari normalnya
. Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi dari
keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bagun tidur
untuk kekamar mandi
. Kandung kemih irritable dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam
jumlah besar.
. Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan
dengan saudara kandung, cekcok dengan orang tua). Orang tua yang mempunyai
pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk
mendidiknya.
. Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologi sistem perkemihan.
. Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral atau makanan pemedas
. Anak yang takut jalan pada gang gelap untuk kekamar mandi.
. Perubahan pola berkemih
d.
Poliuria
- Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500
ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan
- Dapat terjadi karena : DM, defisiensi ADH, penyakit ginjal kronik
- Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya berat badan.
e.
Disuria
. Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
. Dapat terjadi karena : striktura urethra, infeksi
perkemihan, trauma pada kandung kemih dan urethra.
Eliminasi Fekal (Bowel)
Eliminasi
bowel/ Buang Air Basar (BAB) atau disebut juga defekasi merupakan faeces normal
tubuh yang penting bagi kesehatan untuk mengeluarkan sampah dari tubuh. Sampah
yang dikeluarkan ini disebut faeces atau stool
Defekasi
adalah pengeluaran faeses dari anus dan rectum. Frekuensi defekasi tergantung
individu, bervariasi dan beberapa kali per hari sampai dengan 2-3 kali per
minggu. Defekasi biasanya terjadi karena adanya reflek gastro-colika.
Gangguan eliminasi fekal
utama:
. Konstipasi
. Impaction
. Inkontinensia fekal
. Diare
. Hemoroid
Konstipasi
Konstipasi
merupakan gejala, bukan penyakit, yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai
dengan pengeluaran faeces yang sulit’ keras dan mengedan. BAB keras dapat
menyebabkan nyeri rectum. Kondisi ini terjadi karena faces berada di intestinal
lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak
berakhir sehingga, tumpukan faces yang keras di rectum tidak dikeluarkan.
Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.
Penyebabnya
pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan
pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan
nyeri rektum.
Diare
Diare
merupakan BAB sering dengan cairan dan feces yang tidak berbentuk. Isi
intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon
merupakan fakta tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa.
Akibatnya feces menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
menahan BAB.
Inkontinensia Fekal
Yaitu
suatu keadaan di mana tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer
dan jumlahnya banyak.Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spinter anal,
penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal.
Hemoroid
Yaitu
dilatasi, pembengkakan vena pada dinding rectum (bias internal dan eksternal).
Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal dengan mudah jika
dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka
klien merasa panas dan rasa gatal.
MENGHITUNG INTAKE DAN
OUTPUT
Rumus Balance Cairan
Inteake
/ cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip, albumin dll.
Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung dalam ukuran di urobag, jka tidak terpasang maka pasien harus menampung urinenya sendiri, biasanya ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses.
IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafa.
RUMUS IWL
IWL = (15 x BB )
24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C (suhu normal)
IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam
24 jam
*kalo dlm 24 jam —-> 37,5 x 24 = 900cc/24 jam
*Rumus IWL Kenaikan Suhu
[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal
24 jam
Cth: Tn.A BB 60kg, suhu= 39⁰C, CM= 200cc
IWL = [(10%x200)x(39⁰C-37⁰C)] + 37,5cc
24 jam
= (20×2) + 37,5cc
24
= 1,7 + 37,5 = 39cc/jam
*CM : Cairan Masuk
Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda.
Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift.
PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN UNTUK DEWASA
Input cairan: Air (makan+Minum) = ……cc
Cairan Infus = ……cc
Therapi injeksi = ……cc
Air Metabolisme = ……cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari)
Output cairan: Urine = ……cc
Feses = …..cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan
cairan drainage luka/
cairan NGT terbuka = …..cc
IWL = …..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)
(Insensible Water Loss)
Contoh Kasus:
Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat appendix perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vital sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700 cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!
Input Cairan: Infus = 2000 cc
Tranfusi WB = 300 cc
Obat injeksi = 100 cc
AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) +
———————————————
2700 cc
Output cairan: Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) +
———————————————-
2900 cc
Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan – output cairan
2700 cc – 2900 cc
- 200 cc.
Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta
Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?
berarti nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 °C – 36,8 .°C)
= 900 + 200 (1,7)
= 900 + 340 cc
= 1240 cc
Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :
Drainage = 100 cc
NGT = 200 cc
Urine = 1700 cc
IWL = 1240 cc +
————————–
3240 cc
Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc – 3240 cc = -540 cc
Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air Metabolisme, menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka Indonesiayaitu:
Usia Balita (1 – 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
Usia 5 – 7 tahun : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari
Usia 7 – 11 tahun : 6 – 7 cc/kgBB/hari
Usia 12 – 14 tahun : 5 – 6 cc/kgBB/hari
Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari
CONTOH :
An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut ibunya: “rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi malam berdarah” Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24 jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah balance cairan anak ini!
Input cairan: Minum : 1000 cc
Infus : 1000 cc
AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg)
————————-
2112 cc
Out put cairan: Muntah : 100 cc
Urin : 1000 cc
IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg
—————————–
1478 cc
Balance cairan = Intake cairan – Output Cairam
2112 cc – 1478 cc
+ 634 cc
Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C !
yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus:
IWL + 200 ( Suhu Tinggi – 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta.
IWL An X = 378 + 200 (39,8 °C – 36,8 °C)
378 + 200 (3)
378 + 600
978 cc
Maka output cairan An X = Muntah : 100 cc
Urin : 1000 cc
IWL : 978 cc +
————————-
2078 cc
Jadi Balance cairannya = 2112 cc – 2078 cc
+ 34 cc.